Roy Enhaer
GLOBE- Barangkali yang ada di pikiran oknum kepala desa di wilayah Sempu, Banyuwangi itu bahwa cinta adalah soal hati.
Meski cinta itu soal hati dan teramat privasi tetapi hal itu akan menjadi gaduh ketika pelaku cinta itu adalah seorang publik figur, seorang kepala desa yang martabat dan kemuliaannya selalu dijaga setiap saat. Bahkan seluruh rakyat desa itu juga senantiasa menjaga nama baiknya, harga dirinya dan segala apa pun yang melekat pada diri kepala desa itu.
Bagi segenap rakyatnya, seorang kepala desa adalah sebuah muara yang bisa ditimba airnya tatkala rakyatnya sedang haus dan dahaga.
Sosok kepala desa bagi rakyatnya adalah merupakan suluh, obor atau pelita bagi segenap rakyatnya ketika hidup rakyatnya sedang mengalami kegelapan sehingga sosok kepala desa bisa menerangi hati seluruh rakyat di desanya.
Tetapi ketika sosok kepala desa lupa dan telah mengingkari tugas dan amanahnya dan bahkan ‘ngisin - isini’ atau mempermalukan dirinya dengan cara bermain - main ‘asmara’ penuh kemesraan di sosial media dengan ‘kekasih gelap’ nya, bisa dipastikan segenap rakyat di desa itu meradang pikirannya dan terbakar hatinya.
Akhirnya, masihkah sosok pemimpin yang ketika pilkades dulu digadang - gadang untuk diajak bareng - bareng membangun di segala bidang di desa tapi akhirnya hanya berakhir ‘terjerat’ asmara di sosial media?
Sesungguhnya segenap rakyat di desa tak tega hati jika melihat pemimpinnya sedang dan telah ‘dihinakan’ di mana - mana.
Sesungguhnya, seluruh rakyat di desa itu ingin duduk dan ngobrol bareng satu meja agar sejumlah masalah yang kini sedang mendera itu segera mereda.
Sejatinya, segenap rakyat desa itu tak butuh apa - apa, tak butuh materi atau harta benda tetapi hanya butuh ditegur dan disapa oleh pemimpinnya.
Roy Enhaer
Jumat, 14 Januari 2022
Posting Komentar