
Media Globe Nasional - Layar HP ku bagaikan jendela dunia paralel. Pagi hingga pagi, ia menayangkan drama sinetron berjudul "Moralitas Seorang Pemimpin". Aktor utamanya tak lain adalah sang ketua, sang penguasa wilayah ini. Tak hanya itu, kabarnya seruan moral para profesor dan akademisi Bandung Raya bagaikan petir di siang bolong, menyadarkan kita dari sinetron korupsi yang kian nyata di depan mata. Mereka prihatin dengan merosotnya moralitas dalam pemerintahan, bagaikan api yang membakar fondasi bangsa.
Bagaimana tidak? Korupsi dan pelanggaran hukum merajalela, bak benalu yang menggerogoti tubuh bangsa. Pembiaran terhadap kejahatan ini bagaikan dosa yang tak hanya mencoreng individu, tapi juga seluruh rakyat. Moralitas bagaikan kapal karam, terombang-ambing tanpa nakhoda.
Menjelang pemilihan presiden, seruan ini bagaikan pelita di tengah kegelapan. Mereka mengingatkan kita untuk memilih pemimpin bukan hanya berdasarkan tampang dan janji, tapi juga moralitas dan integritas. Pemimpin yang bukan sekadar cerdas dan cakap, tapi juga berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi rakyat.
Moralitas bagaikan kompas yang menuntun bangsa. Hilangnya moralitas berarti kehilangan arah, tersesat dalam lautan kehancuran. Oleh karena itu, mari kita bersatu, jaga moralitas bangsa ini. Pilihlah pemimpin bermoral, dan jadikan nilai-nilai moral sebagai landasan setiap keputusan politik.
Ingatlah, masa depan bangsa ada di tangan kita. Jangan biarkan moralitas terdegradasi, jangan biarkan menjadi kenyataan. Mari kita bangun Indonesia yang adil, bermartabat, dan bermoral!
Seruan moral para akademisi Bandung Raya adalah tamparan keras bagi para pemimpin bangsa. Ini adalah pengingat bahwa moralitas adalah ruh bangsa, dan tanpanya, kita akan tersesat dalam jurang kehancuran. Mari kita jadikan seruan ini sebagai momentum untuk bangkit, bersatu, dan membangun Indonesia yang lebih bermoral.
@Opini, Rofiq /mediaglobenasional.com
Posting Komentar