no fucking license
Bookmark

Kisah Tragis di Balik Layar: Skandal Hasyim Asy'ari dan Kehancuran Moralitas Pejabat Publik


Foto : Hasyim Asyari. Duh Gusti, ke mana rasa kebersyukuran para pejabat itu atas nikmat dan keberkahan yang Engkau limpahkan di negeri ini? Mengapa mereka lebih memilih jalan gelap yang penuh dosa dan keserakahan, padahal hamparan kekayaan dan potensi di negeri ini begitu melimpah?

MEDIAGLOBENASIONAL.COM -OPINI- Saya harus mengelus dada ketika melihat betapa rendahnya moralitas beberapa pejabat publik yang seharusnya menjadi teladan dan pelindung bagi rakyat. Skandal yang melibatkan Hasyim Asy'ari dan CAT hanya memperlihatkan betapa kekuasaan sering kali disalahgunakan demi hasrat pribadi.

Pada Agustus 2023, dalam sebuah acara bimbingan teknis PPLN Pemilu 2024 di Bali, CAT bertemu Hasyim Asy'ari untuk pertama kalinya. Pertemuan ini, yang pada awalnya dalam konteks kunjungan dinas, segera berkembang menjadi sebuah hubungan yang penuh skandal dan penyalahgunaan wewenang.

Maria Dianita Prosperiani, kuasa hukum korban, mengungkapkan kronologi kejadian yang dimulai dari pertemuan tersebut hingga insiden terakhir pada Maret 2024. Selama periode itu, Hasyim terus-menerus berusaha menghubungi dan mendekati CAT, meski keduanya sering terpisah oleh jarak geografis.

Aristo Pangaribuan, kuasa hukum lainnya, menyatakan bahwa Hasyim berusaha menjalin hubungan romantis dengan CAT, namun sebenarnya hanya untuk memuaskan hasrat pribadinya.

Anggota DKPP J Kristiadi menjelaskan bahwa sejak awal pertemuan, Hasyim telah menunjukkan niat untuk memberi perlakuan khusus kepada CAT melalui percakapan yang disertai emotikon peluk. Tidak hanya itu, Hasyim bahkan mencari kesempatan untuk bertemu dan bepergian bersama korban, serta membiayai perjalanan CAT dari Belanda ke Indonesia, sesuatu yang tidak wajar dilakukan oleh seorang ketua KPU.

DKPP I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi menambahkan, Hasyim bahkan menyediakan apartemen untuk CAT agar mereka bisa tinggal berdekatan. CAT ditempatkan di unit 705 Oakwood Suites Kuningan, sementara Hasyim menempati unit 706. Tindakan ini menunjukkan bahwa Hasyim tidak hanya menggunakan uang pribadi, tetapi juga fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya, termasuk menggunakan kendaraan dinas untuk antar-jemput CAT.

Tragisnya, Hasyim memaksa CAT untuk berhubungan badan selama perjalanan dinas ke Belanda pada 3 Oktober 2023. Tindakan ini berdampak buruk pada kesehatan korban, sehingga dokter menganjurkan pemeriksaan lanjutan bagi keduanya. Janji menikahi yang diucapkan Hasyim kepada CAT juga tidak pernah dipenuhi, meski selalu ditagih oleh korban. Hal ini memaksa CAT meminta Hasyim membuat surat pernyataan bertandatangan di atas meterai.


Penulis : @rofiq

Ketika Moralitas Pejabat Publik Terjerembab

Ketika kita melihat kisah ini, tak pelak kita harus mengelus dada, memikirkan betapa moralitas pejabat publik bisa begitu runtuh demi hasrat pribadi. Duh Gusti, bukankah jabatan dan amanah yang mereka emban itu sesungguhnya Engkau berikan untuk menjaga kehormatan dan keadilan bagi rakyat di negeri ini?

Duh Gusti, kepada siapa lagi kami harus mengadu selain kepada Engkau Yang Maha Segalanya? Mengapa para cerdik pandai dan orang 'pinter' di atas sana seakan buta dan tuli terhadap penderitaan rakyat? Bukankah seharusnya mereka berpikir sedikit cerdas dan bijak dalam menggunakan kekuasaan yang telah Engkau amanahkan kepada mereka?

Duh Gusti, ke mana rasa kebersyukuran para pejabat itu atas nikmat dan keberkahan yang Engkau limpahkan di negeri ini? Mengapa mereka lebih memilih jalan gelap yang penuh dosa dan keserakahan, padahal hamparan kekayaan dan potensi di negeri ini begitu melimpah?

Untuk kesejahteraan siapa sesungguhnya kekuasaan dan jabatan itu mereka genggam? Apakah benar ada jalinan 'kemesraan' antara penguasa dan pengusaha yang saling menguntungkan diri sendiri, sementara rakyat dibiarkan terpuruk? Kenapa kini para pemangku jabatan yang sejatinya berkewajiban mengurus jutaan rakyat justru berucap 'tak berdaya' melawan kekuatan 'mafia' yang bersembunyi di balik bayang-bayang kekuasaan?

Duh Gusti, apakah para pengemban amanat di negeri ini telah mengibarkan 'bendera setengah tiang' sebagai tanda kekalahan melawan para tengkulak, cukong, spekulan, dan kokohnya cengkeraman cakar-cakar mafia yang menggerogoti moralitas dan keadilan?

Kenapa di negeri yang melimpah kekayaan alamnya ini justru pejabatnya lebih takut kepada 'atasan' daripada kepada Yang Maha Atas? Apakah mereka sudah kehilangan rasa takut kepada-Mu, Ya Gusti, dan hanya peduli pada kepentingan pribadi mereka sendiri?

Kami yang melihat semua ini hanya bisa mengelus dada, merenungi betapa jauh moralitas pejabat publik telah terjerembab ke dalam jurang kehinaan. Duh Gusti, kepada siapa lagi kami bisa mengadu selain kepada-Mu? Di mana lagi kami bisa menaruh harapan ketika para pemimpin kami semakin menunjukkan ketidakpedulian dan kebobrokan?

Duh Gusti, apakah sesungguhnya yang terjadi di negeri ini, ketika moralitas dan keadilan seakan menguap di tengah hiruk-pikuk kekuasaan yang korup? Seusai sholat Jumat, 5 Juli 2024, kami memanjatkan doa dan harapan, semoga Engkau memberikan pencerahan dan keberanian kepada para pemimpin kami untuk kembali ke jalan yang benar dan berjuang demi keadilan dan kebaikan bagi seluruh rakyat. (*)
Posting Komentar

Posting Komentar