no fucking license
Bookmark

Masih Ingatkah Peristiwa Pembakaran Rumah Wartawan Sempurna Pasaribu?


"Pelaku ketiga yang kita tetapkan sebagai tersangka ini berinisial B alias Bulang. Dia memerintahkan kedua eksekutor untuk membakar rumah korban," ungkap Kombes Pol Hadi Wahyudi, Kabid Humas Polda Sumut, Kamis (11/7/2024) petang.
Redaksi Media Globe Nasional - Masih ingatkah di dalam tabung ingatan dan lempengan memori kita tentang tragedi kelam yang mengguncang Tanah Karo? Peristiwa mengerikan yang merenggut nyawa wartawan Sempurna Pasaribu, istri, anak, dan cucunya dalam kobaran api yang melahap rumah mereka di malam kelam itu?

Pertanyaan besarnya adalah, sekejam dan seteganya kah hati manusia hingga mampu memerintahkan pembakaran rumah yang berujung pada maut empat nyawa tak berdosa itu? Seberapa rendahkah moralitas seseorang yang berjuluk mantan Ketua AMPI Karo, Bebas Ginting alias Bulang, yang kini dinyatakan sebagai tersangka ketiga dalam kasus ini?

Pertanyaan lain yang menghantui kita, apa yang membuat seorang pria tega memberikan uang Rp 130 ribu untuk membeli bahan bakar yang kemudian digunakan membakar rumah korban? Benarkah rasa kemanusiaan telah sirna, digantikan oleh nafsu penghancuran yang membabi buta?

Seburuk, semiris, dan seprihatin itukah nasib yang harus dialami oleh keluarga Sempurna Pasaribu? Apakah ini sekadar takdir yang tergores di lembaran hidup mereka, atau ada sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap, yang menggerakkan tangan-tangan kejam itu untuk bertindak?

Tulisan ini tidak sedang menghukumi atau menghakimi atas peristiwa tragis ini, tetapi mencoba meneropong dari sudut perilaku manusia dan budaya kemanusiaannya. Kita bertanya-tanya, bagaimana bisa kebencian dan dendam sedemikian menguasai hati seseorang hingga sanggup melakukan tindakan sekeji ini?

Sekali lagi, tulisan ini tidak bermaksud mengutuk atau menyumpahserapahi para pelaku, tetapi lebih mengajak kita semua untuk bercermin dan berendah hati. Merenungi bagaimana seharusnya kita bersikap dalam kehidupan yang fana ini, agar tragedi serupa tidak lagi terulang.

Akhirnya, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri kepada Yang Maha Kuasa atas lika-liku kehidupan yang bisa saja menimpa diri kita dan orang-orang terdekat kita. Mari kita berdoa, agar keadilan ditegakkan dan mereka yang ditinggalkan mendapatkan kedamaian. (*)

Posting Komentar

Posting Komentar