OPINI -Di setiap sudut negeri, dari kota hingga desa, pembangunan terus digencarkan. Gedung-gedung pemerintahan berdiri megah, jalan-jalan diperlebar dan diaspal rapi, seolah-olah inilah lambang kemajuan. Namun, di balik semua itu, ekonomi justru meroket, pekerjaan semakin sulit didapat, dan pengangguran merajalela. Pendidikan yang seharusnya menjadi hak asasi setiap anak bangsa kini berubah menjadi barang mewah—seragam sekolah seharga jutaan, sementara uang gedung yang sudah ada masih terus ditagihkan. Lantas, apa sebenarnya arti dari pembangunan yang dicanangkan pemerintah ini?
Sorotan tajam jatuh pada Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, yang dijadikan simbol ambisi penguasa saat ini. Pada bulan Agustus 2024, upacara bendera peringatan kemerdekaan pun dipindahkan ke sana, dengan alasan untuk meninggalkan jejak kolonial yang masih membekas di ibu kota lama. Namun, benarkah ini masalah kolonialisme, atau sekadar dalih untuk melegitimasi ambisi besar yang dibiayai oleh hutang dan pajak rakyat?
Tidak bisa dipungkiri, banyak pihak yang meragukan motif di balik pembangunan IKN. Di saat rakyat tengah berjuang menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat, pembangunan ini justru dilanjutkan dengan mengandalkan hutang. Hutang yang tidak sedikit, dan yang jaminannya adalah APBN—dana yang dihimpun dari keringat rakyat. Lalu, apakah ini benar-benar demi kebaikan rakyat, atau hanya untuk memenuhi ambisi segelintir penguasa?
Pertanyaan yang lebih besar adalah mengapa pembangunan seperti ini masih saja digalakkan, sementara kebutuhan dasar rakyat seperti pangan, sandang, dan papan masih jauh dari kata tercukupi. Bukankah lebih bijak jika pembangunan difokuskan pada ekonomi rakyat, membangun sektor-sektor yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan memastikan kebutuhan pokok terpenuhi?
Kita bisa melihat bahwa pembangunan infrastruktur memang penting, tetapi apakah itu harus menjadi prioritas utama ketika rakyat masih tercekik oleh harga-harga kebutuhan pokok yang melambung? Mengapa tidak kita lebih dahulu membangun adat dan budaya rakyat, menguatkan ekonomi lokal yang mampu memberikan penghidupan layak, dan menciptakan lapangan kerja yang memadai?
Pembangunan yang sejati seharusnya bukan sekadar mengejar megahnya gedung atau mulusnya jalan, tapi membangun kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyat. Namun, jika pembangunan ini didasarkan pada hutang yang menumpuk, dengan beban yang akhirnya harus dipikul oleh generasi mendatang, maka di manakah letak keadilannya?
Kita perlu merumuskan kembali apa arti pembangunan bagi bangsa ini. Apakah kita hanya membangun impian para penguasa, atau kita benar-benar membangun masa depan yang lebih baik untuk semua? Ambisi boleh ada, tetapi harus ditempatkan pada porsi yang benar. Pembangunan yang sejati adalah yang menempatkan kesejahteraan rakyat di atas segala-galanya, bukan sekadar memenuhi hasrat dan ego penguasa.
Saatnya kita mengarahkan pembangunan pada hal-hal yang paling esensial: memperkuat ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan, dan memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Hanya dengan demikian, pembangunan tidak hanya akan terlihat megah di permukaan, tetapi juga berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari rakyat kita.
penulis @rfq/24/08/2024






Posting Komentar