![]() |
@rofiq bin Hasan [redaksimediaglobe] |
GLOBE NASIONAL -Banyuwangi, tanah yang kaya akan tradisi dan potensi, kini dihadapkan pada persimpangan sejarah. Pilkada 2024 telah menjelma menjadi arena di mana setiap calon berlomba-lomba menjual mimpi kepada masyarakat. Tapi, mari kita jujur sejenak: Apakah ini benar-benar tentang membangun masa depan yang lebih baik, atau hanya parade janji-janji manis yang berlalu begitu saja seperti angin?
Pilkada seharusnya menjadi medan perang ide, tetapi kenyataannya lebih sering kita disuguhi dengan pameran retorika kosong. Setiap calon datang dengan visi yang diklaim sebagai solusi untuk semua masalah Banyuwangi, namun berapa banyak dari mereka yang benar-benar memahami kompleksitas yang dihadapi daerah ini? Atau, lebih buruk lagi, berapa banyak dari mereka yang hanya pandai berbicara, sementara tindakan nyata mereka nol besar?
Masyarakat Banyuwangi harus melek politik, bukan sekadar menjadi penonton yang pasif. Jangan biarkan suara kita diperdagangkan untuk janji-janji semu yang selalu berakhir dengan kekecewaan. Kita harus menuntut lebih dari sekadar kata-kata manis; kita butuh bukti, aksi nyata, bukan sekadar wacana. Banyuwangi membutuhkan pemimpin yang benar-benar mengerti masalah di akar rumput, bukan politisi yang hanya tahu memoles citra untuk kepentingan pribadi.
Di balik semua kemeriahan kampanye, ada kenyataan pahit yang harus kita hadapi: Hukum sering kali tumpul ke atas, tajam ke bawah. Akankah proses Pilkada ini dijalankan dengan jujur dan adil, ataukah kita akan menyaksikan lagi episode lama dari drama kecurangan dan manipulasi? Banyuwangi berhak mendapatkan pemimpin yang bersih, bukan mereka yang lihai memanfaatkan celah hukum untuk meraih kekuasaan.
Lebih ironis lagi, di tengah euforia politik ini, nilai-nilai sosial dan budaya Banyuwangi sering kali terabaikan. Kita bicara tentang toleransi, kerukunan, dan persatuan, tetapi apakah para calon ini benar-benar peduli dengan itu? Atau, apakah mereka hanya menggunakan jargon-jargon tersebut sebagai alat kampanye untuk meraih simpati tanpa niat tulus untuk mempertahankannya? Banyuwangi tidak butuh pemimpin yang pandai bicara, tetapi yang mampu menjaga dan memperkuat harmoni di tengah keberagaman.
Dan pada akhirnya, pertanyaan yang paling mendasar adalah: Apakah Pilkada ini benar-benar akan membawa perubahan yang kita butuhkan, atau hanya mengulang siklus kepemimpinan yang sama, di mana janji-janji besar hanya berakhir dengan pengkhianatan terhadap harapan rakyat? Kita harus sadar, masa depan Banyuwangi bukanlah permainan politik yang bisa dipermainkan sesuka hati oleh mereka yang haus kekuasaan.
Banyuwangi pantas mendapatkan pemimpin yang berani memutus rantai retorika kosong dan bergerak dengan langkah nyata menuju perubahan. Kita tidak bisa lagi membiarkan diri terperangkap dalam ilusi kata-kata, sementara kenyataan di lapangan semakin sulit. Warga Banyuwangi harus memilih dengan cerdas, memilih mereka yang berani bertindak, bukan hanya bicara.
Pilkada ini bukan sekadar pesta demokrasi; ini adalah pertaruhan masa depan Banyuwangi. Jika kita salah memilih, harga yang harus dibayar akan terlalu mahal. Dan kita tidak akan mendapat kesempatan kedua untuk memperbaikinya. [^¥€]
Posting Komentar