![]() |
| Azam Khan, advokat sekaligus aktivis vokal, kembali menggemparkan panggung politik dengan pidato tajamnya dalam acara bertajuk "Indonesia Tanpa Jokowi |
"Saudara-saudara, kita berkumpul bukan untuk puja-puji yang biasa kita dengar tentang ‘keberhasilan’ Jokowi. Hari ini, kita bicara tentang kenyataan pahit. Warisan yang ia tinggalkan tidak lebih dari luka yang menganga bagi kita semua,” seru Azam di tengah gemuruh tepuk tangan hadirin.
Dalam pidatonya, Azam memfokuskan kritiknya pada sektor ekonomi, pajak, hukum, hingga pendidikan, yang ia sebut mengalami kerusakan serius di bawah kepemimpinan Jokowi. Ia menyoroti kondisi ekonomi yang menurutnya justru semakin memburuk, dengan tingginya angka pengangguran, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, serta daya beli rakyat yang terus menurun. Kelas menengah, yang menurut Azam menjadi tulang punggung ekonomi, terjepit oleh kebijakan-kebijakan fiskal yang dianggap tidak adil.
"Kelas menengah kini menjadi sapi perah, diperas habis-habisan dengan kenaikan pajak yang tidak masuk akal. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan naik dari 11 persen menjadi 12 persen. Kecil di mata pemerintah, tapi besar dampaknya bagi rakyat. Rakyat dibebani lebih banyak, sementara pemerintah asyik membangun citra,” lanjut Azam dengan nada geram.
Lebih lanjut, Azam juga menyinggung tentang ketidakadilan hukum yang ia sebut hanya berpihak kepada yang berkuasa dan kaya. "Hukum di negara ini tajam ke bawah, tumpul ke atas. Tukang becak dan pedagang kecil bisa masuk penjara karena kesalahan kecil, tapi para koruptor hidup mewah. Di mana letak keadilan yang dijanjikan pemerintah?” ucapnya, menyoroti praktik-praktik yang ia anggap menindas rakyat kecil.
Selain sektor ekonomi dan hukum, Azam Khan tak lupa menyoroti masalah di dunia pendidikan. Ia menyinggung isu ijazah Presiden Jokowi yang hingga kini masih dipertanyakan keabsahannya. "Sampai detik ini, ijazah Jokowi yang digugat belum pernah ditunjukkan kepada publik. Bagaimana kita bisa percaya pada sistem pendidikan jika pemimpin kita sendiri menyembunyikan kebenaran?" katanya dengan lantang.
Tak hanya itu, Azam juga mengkritik pemberian gelar doktor yang baru-baru ini diterima Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia, dari Universitas Indonesia dalam waktu yang sangat singkat. "Bahlil diangkat menjadi doktor hanya dalam waktu kurang dari dua tahun oleh universitas ternama. Jika dua lembaga pendidikan terkemuka seperti UGM dan UI sudah diacak-acak seperti ini, mau jadi apa negeri ini?" tegasnya.
Menurut Azam, pendidikan telah mengalami degradasi serius di bawah pemerintahan Jokowi, dan hal ini memperlihatkan betapa lemahnya tatanan akademik di Indonesia saat ini. "Kalau Jokowi terus mendominasi, kita akan kehilangan tidak hanya kepercayaan pada pemerintahan, tetapi juga kepercayaan pada pendidikan, yang seharusnya menjadi pilar utama pembangunan bangsa."
Pidato Azam ini menandai kelanjutan dari kritik panjang terhadap kebijakan dan praktik pemerintahan Jokowi, yang ia nilai hanya menguntungkan segelintir elit sementara rakyat semakin menderita. Dalam orasinya yang berapi-api, Azam mengajak seluruh rakyat untuk bangkit dan tidak lagi terbuai oleh pencitraan yang, menurutnya, hanya menutupi realitas pahit yang sebenarnya terjadi.
"Indonesia harus melangkah tanpa Jokowi. Cukup sudah kita ditipu, cukup sudah kita menjadi penonton dalam sandiwara politik yang tak henti-hentinya dipertontonkan," tutupnya, disambut dengan sorak-sorai dan teriakan dukungan dari peserta acara.
Acara Indonesia Tanpa Jokowi ini merupakan bagian dari rangkaian aksi dan diskusi publik yang diadakan oleh sejumlah kelompok masyarakat yang menuntut perubahan drastis dalam pemerintahan Indonesia pasca-Jokowi, dengan fokus pada pembenahan sistem hukum, ekonomi, dan pendidikan di tanah air.
[fq]





Posting Komentar