![]() |
Penulis : Jurnalis, Rofiq |
Saya tidak sedang menyoroti janji-janji manis yang dilantunkan di podium-podium kekuasaan. Saya tidak sedang menduga-duga siapa di balik ‘stabilitas’ yang katanya demi rakyat, tapi justru membuat rakyat makin tertindih. Saya tidak sedang mengatakan bahwa ini semua adalah ‘ilusi demokrasi’ yang direkayasa agar tampak harmonis, padahal sejatinya penuh retak di sana-sini.
Tapi, saya ingin menempatkan suara-suara rakyat yang hari ini menggema dari jalanan ke jagat maya. Dari kampus-kampus yang mulai panas, dari pasar-pasar yang gaduh oleh keluhan harga melambung, hingga dari pojok-pojok warung kopi tempat orang-orang mendiskusikan nasib negeri ini. Suara-suara yang mungkin tak terdengar di ruang-ruang istana yang kedap kritik, tapi lantang di telinga mereka yang masih peduli pada nasib bangsa.
Di dalam dada mereka, masih ada merah putih. Di dalam hati mereka, masih ada harapan bahwa negara ini bisa kembali ke jalurnya—jalur yang berpihak pada rakyat, bukan pada segelintir elite yang sibuk mengatur takdir bangsa seperti permainan catur. Tapi, pertanyaannya: masih adakah pemimpin yang mau ‘nguwongke’ rakyat? Yang melihat mereka bukan sekadar angka dalam statistik ekonomi, bukan sekadar massa yang bisa diredam dengan slogan-slogan kosong?
Pertanyaan besarnya, sedang diapakan negeri ini? Oleh siapa? Dan untuk kepentingan siapa?
Kenapa rakyat yang sejak dulu setia mendukung negaranya, kini justru merasa ditinggalkan? Kenapa mereka yang selama ini tak banyak menuntut, sekarang merasa perlu turun ke jalan, perlu meneriakkan sesuatu yang dulu mereka pikir akan terjaga dengan sendirinya?
Dan, selama ini, rakyat kita—yang di desa-desa, di kampung-kampung, di pelosok-pelosok yang jauh dari hingar-bingar pusat kekuasaan—tak pernah cemburu, tak pernah ‘sambat’, meskipun hasil bumi, tambang emas, dan kekayaan alam lainnya terus dikeruk. Tapi sekarang? Mereka mulai bertanya: ini negeri siapa? Untuk siapa? Dan sampai kapan mereka hanya jadi penonton dalam panggung besar bernama Indonesia?
Posting Komentar