Besok, Selasa (4/2), ia akan dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta, berdekatan dengan pusara ayahnya, H. Ayup Zaristhan Khan, yang telah lebih dulu pergi dua tahun satu bulan lalu.
M. Nadim Khan bukan sekadar aktivis, ia adalah suara yang tak bisa dibungkam, nyala yang tak kunjung padam. Dari tragedi Semanggi hingga kritik pedas terhadap pemerintahan Jokowi, ia berdiri tegak sebagai pengawal nurani rakyat. Sebagai anak buah Kontra'sm, ia tak pernah ragu turun ke jalan, meneriakkan ketidakadilan.
Azam Khan, sepupunya yang juga rekan seperjuangan, mengenang Nadim sebagai sosok yang tak kenal lelah, meski tubuhnya kerap dihantam penyakit gula. "Dia sering keluar-masuk rumah sakit, tapi semangatnya tak pernah turun. Seakan rasa sakit itu tak ada di kamusnya. Selamat jalan, saudaraku, semoga Allah menerima segala amal ibadahmu," kata Azam dengan mata berkaca-kaca.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam. Sejumlah tokoh akan menghadiri pemakamannya besok, termasuk Prof. Eggy Sudjana, aktivis lintas generasi, serta beberapa figur dari komunitas Pakistan, termasuk pamannya, Dr. Zakhir Khan, Paman yg lain juga Adjab Khan, Nazer Khan, Djamil khan.
Innalillahi wa innailaihi roji'un. Tak hanya keluarga terdekat, Rafiq Khan yang sedang sakit juga ikut mendoakan almarhum M. Nadim Khan dari jauh di Sumenep, Madura, Jawa Timur. "Semoga Allah SWT memberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Aamiin" ucap Rafiq Khan.
Kini, jalanan tak lagi mendengar suaranya, tapi gema perjuangannya tetap menggema. Sebab seorang Nadim Khan mungkin telah tiada, namun semangatnya akan terus hidup dalam bara yang ia tinggalkan di hati para pejuang.[*]
Posting Komentar