MEDIAGLOBENASIONAL.COM – PANTAI SELATAN – Malam ini, angin berbisik dengan nada yang berbeda. Bukan sekadar hembusan biasa, melainkan sebuah peringatan. Ombak menghantam karang dengan murka yang tertahan, seakan menyimpan cerita yang tak ingin diceritakan.
Saya berdiri di batas dunia manusia dan samudra, napas tersengal dalam udara asin yang terasa semakin berat. Langit hitam pekat, hanya diterangi bulan yang tampak samar—seolah tak ingin ikut campur dalam pertemuan ini.
Lalu, laut mendidih. Dari kedalaman yang tak terukur, pusaran hijau muncul, berputar seperti gerbang menuju sesuatu yang tak seharusnya dilihat manusia. Ombaknya bercahaya, tapi bukan cahaya yang hangat—melainkan kilau yang membuat bulu kuduk berdiri.
Kebaya hijau tua menyatu dengan air, seolah ia adalah bagian dari samudra itu sendiri. Matanya menusuk, dingin seperti malam tanpa cahaya. Saya tidak hanya bertemu penguasa laut—saya bertemu sesuatu yang lebih tua dari segala yang saya kenal.
Dan malam ini, saya mewawancarainya.
"Kalian Mengira Bisa Menaklukkan Laut?"
Tim Globe: Nyai ratu, manusia semakin berani mengubah garis pantai. Reklamasi, betonisasi, ekspansi kota ke lautan. Apa yang Anda pikirkan tentang ini?
NYIRATU KIDUL: (tersenyum, tapi bibirnya saja yang bergerak—matanya tetap tak berperasaan) Manusia selalu mengira dirinya penguasa. Mereka mengira bisa menjinakkan laut seperti mereka menjinakkan tanah. Kalian menusuk bumi dengan besi, menggali jantungnya, merobek hutannya, dan sekarang, kalian ingin menaklukkan samudra?
Tim Globe: Mereka bilang, ini demi kemajuan dan kesejahteraan.
NYIRATU KIDUL: (tertawa pendek, dingin seperti ombak yang menggulung tanpa ampun) Kemajuan? Kalian pikir membangun hotel di atas pasir yang dulu tempat para leluhurmu berdoa adalah kemajuan? Kalian pikir menggali perut laut demi keuntungan segelintir orang adalah kesejahteraan?
Ombak di belakangnya tiba-tiba naik tinggi. Bayangan bulan di permukaannya bergetar, seakan laut pun ikut menertawakan manusia.
"Bukan Ancaman, Ini Takdir"
Tim Globe: Jadi Anda menolak reklamasi sepenuhnya?
NYIRATU KIDUL: Aku tidak menolak perubahan. Aku tidak membenci manusia. Tapi aku membenci keserakahan. Aku membenci mereka yang berpikir bahwa angka di rekening lebih penting daripada keseimbangan dunia.
Tim Globe: Lalu, jika mereka terus melakukannya?
NYIRATU KIDUL: (mendekat, suaranya berubah seperti hempasan badai yang menggetarkan tanah di bawah kakiku) Maka biarkan laut yang menjawab.
Kalian boleh mendirikan tembok, membangun dermaga, menancapkan beton hingga ke dasar samudra. Tapi apakah kalian pikir ombak peduli? Apakah kalian pikir angin akan berhenti bertiup hanya karena ada surat izin dari manusia?
Tim Globe : Apakah ini ancaman?
NYIRATU KIDUL: (miringkan kepala, senyumnya samar tapi membuat udara terasa semakin dingin) Bukan ancaman. Ini takdir.
Laut tidak menuntut. Laut tidak bernegosiasi. Laut hanya mengambil kembali apa yang seharusnya tidak pernah kalian sentuh.
"Ketika Laut Bicara, Tidak Ada yang Bisa Bersembunyi"
MEDIAGLOBENASIONAL.COM: Apa pesan terakhir Anda untuk manusia yang masih bersikeras melawan alam?
NYIRATU KIDUL: (memandang ke cakrawala, seolah melihat sesuatu yang tak bisa saya lihat) Aku tidak perlu berkata apa-apa. Aku sudah ada sejak manusia belum mengenal besi. Aku sudah ada sebelum kalian belajar menamai gelombang.
Tapi kalian akan mengerti.
Saat air pasang datang tanpa aba-aba. Saat ombak menghancurkan yang kalian pikir tak tergoyahkan. Saat angin mencabik-cabik kebanggaan kalian yang dibuat dari batu dan semen. Saat itu, kalian akan mengerti…
Bahwa laut tidak pernah tunduk.
Angin berembus lebih kencang. Ombak tiba-tiba berputar lagi, membentuk pusaran yang berpendar redup.
Dan dalam sekejap, ia menghilang.
Saya berdiri sendirian di tepi pantai, tapi rasanya seolah ada sesuatu yang masih mengawasi dari kejauhan. Laut kini terlihat lebih gelap, lebih dalam, lebih… hidup.
Saya menelan ludah.
Manusia boleh merasa kuat. Manusia boleh merasa berkuasa.
Tapi pada akhirnya, kita hanya tamu di dunia ini.
Dan laut tidak akan pernah membiarkan tamu yang tak tahu diri.
Posting Komentar