Azam menuding ada terlalu banyak kejanggalan dalam dokumen akademik Jokowi yang mengaku lulusan Universitas Gadjah Mada. Mulai dari nama dekan yang tidak sesuai, dosen penguji tak terdaftar, hingga lembar pengesahan skripsi yang kosong tanpa tanggal dan tanda tangan. Bahkan foto dalam ijazah itu diduga bukan foto Jokowi, melainkan orang lain bernama Duwariyo.
“UGM harus bersuara. Ini soal martabat pendidikan nasional! Jangan sampai kampus jadi alat legitimasi kekuasaan busuk,” tegas Azam Khan.
Kini, dengan bergantinya kekuasaan ke tangan Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran—yang notabene adalah putra Jokowi—Azam mengingatkan agar hukum tetap tegak meski dinasti politik tengah berkuasa. “Justru di era baru ini, kalau Prabowo serius mau bersih-bersih, maka audit ijazah Jokowi adalah batu uji keberaniannya!”
Azam menekankan bahwa penyelidikan bukan semata demi menjatuhkan nama, melainkan demi menjaga marwah bangsa. “Kalau benar ada rekayasa, maka ini pemalsuan identitas akademik. Bisa dijerat pidana. Dan kalau itu terjadi saat menjabat, maka keabsahan kepemimpinan selama dua periode patut dipertanyakan!” serunya.
Menurut Azam, ini bukan persoalan kecil. “Bayangkan, dua periode presiden, dan rakyat dibungkam hanya karena takut dianggap makar kalau bertanya soal ijazah? Ini negara hukum, bukan negara horor!”
Azam juga meminta DPR, Kemendikbud, hingga Kejaksaan untuk segera turun tangan. Ia menegaskan bahwa TPUA siap membuka data dan mendampingi pengungkapan secara terbuka demi keadilan dan transparansi.
“Jokowi boleh pensiun, tapi kebenaran tidak akan ikut pensiun.” – Azam Khan
Laporan oleh MediaGlobenasional.com
Posting Komentar