no fucking license
Bookmark

Makom yang Terlepas: Ketika Semua Orang Bisa Jadi Apa Saja

Oleh: [@rofiq]

OPINI - SAYA tidak sedang mempersoalkan ijazah siapa yang asli atau palsu.
Saya tidak sedang menghitung berapa banyak orang yang dulu tak kuliah hukum tapi kini bicara seolah-olah dia profesor konstitusi.


Saya tidak sedang mengatakan bahwa profesi sekarang sudah tak punya pagar, hingga semua orang bisa masuk tanpa salam, tanpa permisi.


Tapi, saya ingin menengok lagi: apa kabar makom?
Makom yang dulu sakral.
Makom yang dulu lahir dari tirakat, dari disiplin, dari ilmu dan dedikasi.
Makom yang bukan sekadar posisi, tapi kehormatan batin.


Saya yakin, dulu kita masih mengenal batas.
Yang bicara hukum adalah mereka yang memegang kitab undang-undang di tangan dan di hati.


Yang menjadi wartawan adalah mereka yang digembleng deadline, dibakar idealisme, dan disiram fakta.
Yang menjadi aktivis adalah mereka yang siap lapar dan disingkirkan, asal bisa menyuarakan yang terbungkam.

Tapi kini?
Kini, semua orang bisa jadi apa saja.
Yang tak pernah masuk ruang sidang kini bicara tentang yurisprudensi.
Yang tak pernah nulis berita kini memaki media.


Yang dulu jual jimat, kini jual keadilan. Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa profesi-profesi yang seharusnya lahir dari keringat dan integritas, kini jadi panggung untuk popularitas dadakan?


Saya tidak sedang menghakimi.
Saya hanya sedih melihat betapa longgarnya pagar itu kini.
Ketika yang sungguh-sungguh belajar hukum malah disuruh diam karena kalah suara dari mereka yang viral.
Ketika yang sungguh-sungguh bekerja dalam sunyi, kalah pamor dari yang berisik tapi kosong.


Pertanyaannya bukan siapa salah siapa benar.
Tapi: apa yang sedang terjadi pada tatanan kita?
Apakah ini sekadar era kebebasan, atau justru erosi batas-batas luhur yang dulu kita junjung tinggi?


Saya tidak tahu jawabannya.
Tapi saya tahu, bahwa makom itu bukan cuma jabatan.
Makom itu keikhlasan.
Makom itu tanggung jawab.
Makom itu kesediaan untuk tidak selalu di depan kamera, tapi selalu hadir saat nurani dipanggil.


Dan saya hanya bisa berharap:
Semoga kita tak kehilangan makom dalam kegaduhan peran yang saling berebut panggung.

Posting Komentar

Posting Komentar