Rabu malam, 2 Juli 2025. Sepasang pengantin baru ini hendak kembali ke Denpasar, Bali, tempat mereka merantau. Mereka memilih perjalanan biasa: travel menuju Pelabuhan Ketapang, lalu naik KMP Tunu Pratama Jaya yang menyeberang ke Gilimanuk. Tanpa firasat, tanpa peringatan.
Di tengah Selat Bali, segalanya berubah. Kapal bergoyang, lalu miring tajam ke kiri. Kurang dari tiga menit, KMP Tunu kehilangan keseimbangan dan mulai karam. Tidak ada alarm. Tidak ada aba-aba penyelamatan. Hanya teriakan panik penumpang yang berusaha menyelamatkan diri sendiri-sendiri.
“Saya peluk istri saya erat-erat. Dia tidak bisa berenang,” kata Febriani, matanya basah di Posko ASDP Gilimanuk, Kamis (3/7). Tangisnya pecah di hadapan kerabat yang menunggu dengan cemas. “Kami lompat bersama ke laut. Tapi kapal yang oleng membuat ombak besar. Pelukan kami terlepas.”
Hanya dalam hitungan detik, Febriani kehilangan Cahyani. Istrinya hilang ditelan gelombang. Ia sendiri berhasil diselamatkan oleh tim SAR yang datang terlambat.
Kekacauan Tanpa Prosedur Keselamatan
Tragedi ini kembali menyorot standar keselamatan pelayaran antarpulau yang kerap diabaikan. Tidak ada peringatan dari awak kapal. Tidak ada alarm bahaya. Pelampung harus dicari sendiri-sendiri oleh penumpang yang panik.
“Semuanya selamatkan diri sendiri. Tidak ada yang memandu,” kata Febriani.
KMP Tunu Pratama Jaya hanyalah satu dari sekian banyak kapal pengangkut penumpang di Selat Bali yang diduga dioperasikan tanpa pengawasan keselamatan yang ketat. Selat Bali sendiri sudah beberapa kali menjadi saksi kecelakaan laut, dari arus kuat hingga kelalaian manusia.
Pertanyaan Besar untuk Negara
Apa artinya pembangunan dan kemajuan digital, jika keamanan transportasi dasar masih sebatas nasib? Di mana Komdigi, di mana Kementerian Perhubungan, ketika kapal penyeberangan masih seperti ini?
Negara, yang kerap bicara soal konektivitas Nusantara, tampaknya lupa bahwa penghubung pulau-pulau itu bukan sekadar kapal—tetapi nyawa-nyawa manusia yang bergantung pada keselamatan mereka.
Hari ini, Febriani kehilangan istrinya. Besok, siapa lagi?
Sumber:
- Wawancara korban Febriani di Posko ASDP Gilimanuk (Tribun-Bali.com, 3 Juli 2025)
- Laporan lapangan Kompas.com & Tribunnews.com
- Data kecelakaan laut Selat Bali
Oleh : @rofiq (redaksi Media Globe Nasional)
Posting Komentar