MEDIAGLOBENASIONAL.COM - Banyuwangi, 19 November 2023 - Senja mulai turun di langit Banyuwangi. Di belakang terminal Rogojampi, sebuah pasar sapi yang ramai di siang hari, mulai terlihat keramaian di dalam pasar.
Dari kejauhan, terlihat beberapa wanita paruh baya duduk di bangku-bangku panjang di dalam pasar. Mereka adalah wanita malam yang mencari pelanggan di pasar tersebut.
Seorang wartawan dari Media Globe Nasional, berangkat ke terminal Rogojampi untuk mewawancarai para wanita malam tersebut. Wartwan ingin menggali kisah-kisah hidup mereka dan tantangan yang mereka hadapi.
![]() |
| Menunggu Pelanggan |
Wartwan tiba di terminal Rogojampi sekitar pukul 19.00 WIB Langsung menghampiri para wanita malam tersebut dan memperkenalkan dirinya.
Para wanita itu menyambut Media ini dengan ramah. Mereka menceritakan kisah hidup mereka dengan terbuka.
Salah satu wanita yang Media temui adalah Bunga (55) insial, seorang janda yang memiliki tiga anak. Dia mengaku terpaksa menjadi wanita malam karena kesulitan ekonomi.
"Saya tidak pernah bermimpi menjadi wanita malam. Namun, ketika suami saya meninggal dunia dan saya harus membesarkan anak-anak sendirian, saya merasa terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Pekerjaan ini memberi saya penghasilan yang cukup untuk memberi makan anak-anak saya," kata bunga.
Dituding sebagai sumber penyakit

Para wanita malam ini juga menghadapi stigma dan diskriminasi dari masyarakat sekitar. Mereka sering dituduh sebagai sumber penyakit dan perusak moral.
"Saya sering dihina oleh orang-orang. Mereka menyebut saya pelacur dan sumber penyakit. Saya merasa sangat tertekan," kata bunga.
"Saya juga sering ditolak oleh tetangga. Mereka takut anak-anak mereka akan terpengaruh oleh saya," kata Santi (53), seorang single parent yang memiliki dua anak.
Harapan dan impian
Meskipun hidup mereka penuh dengan tantangan, para wanita malam ini memiliki harapan dan impian untuk masa depan. Beberapa dari mereka bercita-cita untuk meninggalkan pekerjaan ini dan mengejar peluang yang lebih baik, sementara yang lain berharap ada perubahan sosial yang lebih luas yang akan mengurangi stigma dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi mereka.
"Saya berharap suatu hari nanti anak-anak saya tidak perlu tahu apa yang ibu mereka lakukan untuk mencari nafkah. Saya ingin memberi mereka masa depan yang lebih baik, di mana mereka bisa bangga dengan ibu mereka," kata bunga.
"Saya juga berharap ada perubahan sosial yang lebih luas yang akan menerima kami sebagai manusia yang memiliki perasaan dan harapan," kata Santi.
Menjelang tengah malam
Pukul 22.00 WIB, suasana di dalam pasar mulai sepi. Para wanita malam pun mulai bersiap untuk pulang.
Wartwan Media ini mengucapkan terima kasih kepada para wanita tersebut atas waktu dan cerita mereka. Berharap kisah-kisah mereka dapat membuka mata masyarakat tentang kompleksitas kehidupan para wanita malam.
Kisah-kisah wanita malam di belakang terminal Rogojampi mengungkapkan kompleksitas kehidupan mereka, tantangan yang mereka hadapi, serta harapan dan impian yang mereka miliki.
Masalah ini tidak hanya menjadi masalah moral, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Diperlukan upaya yang lebih komprehensif dari berbagai pihak untuk membantu wanita-wanita ini keluar dari situasi sulit ini.
Pemerintah dan organisasi sosial perlu terus meningkatkan upaya mereka untuk membantu wanita-wanita malam ini. Selain itu, masyarakat juga perlu mengubah pola pikir mereka terhadap wanita-wanita ini. Mereka perlu dilihat sebagai manusia yang memiliki perasaan dan harapan, bukan sekadar objek untuk dihakimi.






Posting Komentar