Opini - Di tengah hiruk pikuk pemberantasan korupsi, ada ironi yang terlupakan. Di satu sisi, kita melihat para penegak hukum berusaha menjerat koruptor yang merampok uang rakyat. Di sisi lain, masih banyak "koruptor" yang berkeliaran bebas, meski hati mereka telah lama mati.
Mereka adalah para koruptor "kelas kakap" yang telah "kehilangan hati". Mereka tak lagi peduli dengan penderitaan rakyat, matanya dibutakan oleh keserakahan. Uang haram menjadi tumpuan hidup, menggerogoti nurani dan kemanusiaan mereka.
Korupsi mereka bagaikan benalu yang menggerogoti tubuh bangsa. Uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk membangun negeri, malah dinikmati segelintir orang. Akibatnya, infrastruktur tak terawat, pendidikan terhambat, dan layanan kesehatan pun terbengkalai.
Lebih parah lagi, korupsi menelan korban jiwa. Bayangkan berapa banyak anak yang kehilangan hak pendidikannya karena dana BOS dikorupsi? Berapa banyak lansia yang terlantar karena dana jaminan sosial mereka digasak? Berapa banyak nyawa yang melayang karena minimnya infrastruktur kesehatan akibat korupsi?
Di sinilah letak ironi terdalam. Ketika aparat penegak hukum sibuk memburu koruptor "kelas teri", para "koruptor berdasi" ini masih berkeliaran bebas. Mereka hidup bagaikan vampir, menghisap darah rakyat dan menghancurkan masa depan bangsa.
Memerangi korupsi tak hanya soal menjebloskan koruptor ke penjara. Tapi juga tentang "memanusiakan manusia" yang hilang dalam diri para koruptor. Menyadarkan mereka bahwa perbuatan mereka bukan hanya merugikan negara, tapi juga menghancurkan kemanusiaan.
Kita perlu menumbuhkan kembali rasa empati dan kepedulian dalam diri para koruptor. Menyadarkan mereka bahwa di balik angka-angka statistik korupsi, ada wajah-wajah manusia yang menderita.
Hanya dengan "memanusiakan manusia" yang hilang dalam diri koruptorlah, kita bisa membangun bangsa yang bersih dan sejahtera.
Bagaimana caranya?
Pendidikan anti-korupsi: Sejak dini, tanamkan nilai-nilai anti-korupsi pada anak-anak. Ajarlah mereka tentang bahaya korupsi dan pentingnya menjaga integritas.
Penguatan KPK: Dukung KPK dalam pemberantasan korupsi dengan memberikan kewenangan yang lebih besar dan sumber daya yang memadai.
Partisipasi masyarakat: Libatkan masyarakat dalam pengawasan penggunaan anggaran negara. Laporkan setiap dugaan korupsi kepada pihak berwenang.
Media massa: Berikan ruang bagi media massa untuk menyuarakan kritik terhadap korupsi dan mendorong transparansi.
Perangi korupsi bukan hanya tugas aparat penegak hukum, tapi juga tanggung jawab kita semua. Mari bersama-sama "memanusiakan manusia" yang hilang dalam diri koruptor demi membangun bangsa yang lebih adil dan sejahtera.
Ingatlah, korupsi bukan hanya masalah keuangan, tapi juga masalah moral. Memerangi korupsi berarti menyelamatkan kemanusiaan.
@rofiq /mediaglobenasional.com
Posting Komentar