
Opini -Semarak pesta demokrasi semakin terasa. Spanduk bertebaran di pinggir jalan, kampanye mewarnai layar kaca dan media sosial. Di tengah hiruk pikuk ini, keraguan menghantui: Siapa pemimpin yang tepat? Janji-janji manis di masa lalu masih membekas, luka korupsi yang menganga belum pulih.
Korupsi bagaikan benalu demokrasi. 2.707 laporan dugaan korupsi di semester I 2023 menjadi bukti nyata. Hukuman penjara yang minim tak membuat jera. Rakyat dihadapkan pada pilihan: Memilih pemimpin, atau memilih janji kosong dan korupsi yang tak kunjung usai?
Para 'pemburu kursi' menjelma menjadi 'ndeleming': mengumbar igauan dan mimpi indah untuk melumpuhkan logika rakyat. Janji demi janji dilontarkan, bagaikan candu yang menipu dan membius. Harapan semu digembar-gemborkan, bagaikan mantra untuk merayu suara rakyat.
Namun, rakyat tak tinggal diam. Di tengah 'ndeleming' para politisi, rakyat mengasah intuisi dan kewaspadaan. Mereka tak mudah terlena oleh janji kosong. Realitas korupsi dan kekecewaan masa lalu menjadi pelajaran berharga.
Pesta demokrasi ini tak boleh dibajak oleh 'ndeleming' dan korupsi. Rakyat harus bangkit, bersatu, dan memilih pemimpin yang berintegritas, bukan berfantasi. Masa depan bangsa ini di tangan kita. Jangan biarkan 'ndeleming' menipu dan menjerumuskan kita ke jurang kekecewaan yang sama.
Gunakan hak pilihmu dengan bijak! Pilihlah pemimpin yang benar-benar merakyat, bukan 'ndeleming' yang menebar mimpi semu. Mari kita ciptakan pesta demokrasi yang jujur, adil, dan bermartabat.
Bersama, kita awasi dan lawan 'ndeleming' dan korupsi! Masa depan Indonesia yang gemilang menanti di depan mata.
oleh @rofiq /mediaglobenasional.com
Posting Komentar