no fucking license
Bookmark

"Kartu As Pamungkas" Mulyono: Ancaman Serius bagi Gibran? Azam Khan: "Bisa Gagal Dilantik!"

Foto : Azam Khan, cuitan dari akun @kafiradikalis

MEDIA GLOBE NASIONAL -Jakarta - Suhu politik jelang Pilpres 2024 kian mendidih. Sebuah cuitan dari akun @kafiradikalis tak hanya menggegerkan dunia maya, tetapi juga menciptakan gelombang ketidakpastian yang berpotensi menghancurkan langkah Gibran menuju kursi Wakil Presiden. Dengan satu kalimat yang mengundang spekulasi, @kafiradikalis mengungkap bahwa Mulyono memegang "kartu as pamungkas" yang bisa mengacaukan rencana pelantikan Gibran.

Cuitan yang diunggah pada 26 Agustus 2024 pukul 12.13 WIB tersebut segera menjadi bahan pembicaraan nasional. "Kartu As pamungkas Mulyono vs Anak sulung gagal dilantik jadi wapres. Kira-kira Mulyono berani gunain kartu As pamungkas tsb dengan risiko anak sulung gagal dilantik? Wkwkwkwkwk...48 jam ke depan yang super seru...BUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA...(``,)," tulisnya. Tak butuh waktu lama, pesan tersebut menyebar bak kobaran api, dengan lebih dari 1,5 juta kali dibagikan dan 21 ribu kali di-retweet, mengguncang stabilitas politik tanah air.

Memperkuat ketegangan ini, Azam Khan, seorang advokat sekaligus Sekretaris Jenderal TPUA (Tim Pembela Ulama dan Aktivis), turut menambah bahan bakar ke dalam api perdebatan ini. Dalam sebuah wawancara dengan Media Globe Nasional, Azam menegaskan bahwa ancaman gagal dilantiknya Gibran bukanlah sekadar isapan jempol. Menurutnya, jika Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tidak segera direvisi, jalan Gibran menuju kursi Wakil Presiden bisa terhenti.

"Kalau PKPU belum diubah, Gibran bisa saja tidak dilantik sebagai Wakil Presiden pada Oktober nanti," Ungkap Azam Khan. "Apalagi, putusan MK No. 90 juga tidak mengatur secara eksplisit soal umur, hanya menyebutkan bahwa jika pernah menjabat sebagai kepala daerah, seseorang bisa mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden."

Pernyataan Azam Khan ini segera memicu badai kontroversi. Banyak pihak menduga bahwa "kartu as pamungkas" yang dimaksud oleh Mulyono terkait dengan aturan tersebut. Dengan Gibran yang masih berusia 35 tahun, ancaman ini tidak main-main dan bisa benar-benar menggagalkan mimpinya.

Di tengah hiruk-pikuk ini, publik mulai mempertanyakan tujuan politik Mulyono. Apakah ini adalah langkah strategis untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, atau sekadar upaya untuk menyingkirkan ancaman dari dinasti politik yang semakin menguat?

Spekulasi terus berkembang tanpa henti. 48 jam ke depan akan menjadi penentu dalam perjalanan politik Gibran. Ancaman ini tidak hanya mengguncang panggung Pilpres, tetapi juga menjadi ujian keras bagi demokrasi dan keadilan politik di Indonesia.

Apakah Mulyono benar-benar akan memainkan "kartu as pamungkas" ini dan menjegal Gibran di menit terakhir? Semua mata kini tertuju pada langkah berikutnya dalam drama Pilpres 2024 ini. [•]

Posting Komentar

Posting Komentar