![]() |
| @Rofiq bin Hasan |
Opini -Ketika kau berdiri di atas panggung, menebar senyum dan melontarkan kata-kata manis, apakah kau benar-benar paham apa yang sedang terjadi di bawah sana? Di mana rakyatmu yang kini tertunduk dalam derita? Apakah kau sadar bahwa di balik pujian dan sorak-sorai yang mengelilingimu, ada tangis yang terpendam, ada lapar yang tak pernah terucap?
Kau mungkin merasa dekat dengan rakyat. Kau berpikir bahwa dengan berbaur sesaat, memberi janji-janji yang terbungkus rapi, semuanya akan baik-baik saja. Tapi, lihatlah lebih dalam. Rakyat tidak butuh simbol! Tidak butuh kata-kata manis yang hanya sekadar penenang sementara. Apa arti semua janji pembangunan megah jika perut tetap kosong, jika hidup semakin sulit, dan keadilan yang kau janjikan tak pernah hadir di depan pintu mereka?
Cobalah buka matamu, tajamkan hatimu! Jangan biarkan dirimu terbuai oleh pujian palsu yang mengitarimu. Lihatlah kesenjangan yang semakin melebar di hadapanmu. Kau mungkin berbicara soal keadilan, tapi di mana itu saat rakyat harus mengemis untuk sekadar bisa bertahan hidup? Kau bicara soal kemajuan, tapi apa artinya kemajuan jika hanya mereka yang di puncak piramida yang menikmatinya, sementara yang di dasar semakin terhimpit?
Kau bicara soal pembangunan, tapi pembangunan untuk siapa? Untuk rakyat atau hanya untuk segelintir orang yang berdiri di sampingmu, ikut menikmati kekuasaan dan hasilnya? Sementara mereka yang paling menderita, yang paling butuh uluran tangan, justru terpinggirkan, dilupakan, dan diabaikan.
Jika kau masih berpikir bahwa senyum dan pujian bisa menutupi segalanya, pikirkan lagi. Rakyat mungkin diam, tapi diam bukan berarti mereka tidak terluka. Mereka mungkin menahan, tapi setiap kesakitan yang kau abaikan hanya akan memperdalam luka yang kau buat. Setiap kebijakan yang tidak adil, setiap keputusan yang hanya menguntungkan segelintir, itu adalah pisau yang terus kau tancapkan ke hati mereka yang kau klaim kau pimpin.
Dengar baik-baik! Penguasa yang menutup telinga dari jeritan rakyat, yang menutup mata dari penderitaan mereka, pada akhirnya hanya akan jatuh ke dalam jurang yang ia gali sendiri. Kau bisa berdiri di atas kursimu yang megah, tapi sadarlah, kursi itu tak lebih dari ujung tanduk. Dan semakin lama kau abai, semakin tajam belati yang kau ciptakan untuk dirimu sendiri.
Rakyat tidak butuh pahlawan yang pura-pura. Mereka butuh keadilan nyata, perhatian yang tulus, dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada mereka. Jika kau masih terus bersembunyi di balik topeng kepalsuan, maka cepat atau lambat, rakyat akan menuntut balasan atas pengkhianatan yang kau lakukan.
Ingat baik-baik ini: penguasa yang mengabaikan rakyatnya tidak akan pernah bisa tidur nyenyak. Kau mungkin merasa aman sekarang, tapi ketahuilah, hari perhitungan itu akan tiba. Dan ketika itu datang, tidak ada lagi tempat untukmu berlindung. **Kau duduk di ujung tanduk, berdiri di atas belati yang kau asah sendiri. [*]





Posting Komentar