no fucking license
Bookmark

Padang Bulan, Singojuruh, Banyuwangi: Tempat Larangan yang Dilanggar dengan Rayuan 'Tidur Mas, Sambil Minum Bir'

 

Padang Bulan: Tempat Larangan yang Dilanggar dengan Rayuan 'Tidur Mas, Sambil Minum Bir'
GLOBE NASIONAL - BANYUWANGI - Hanya mereka yang berhati 'baja karatan' yang mampu mengabaikan peringatan larangan di depan mata. Hanya pengelola yang bertindak seperti 'penjaja dosa' yang tega membiarkan aktivitas ilegal terus merajalela. Plang larangan bertuliskan "Dilarang Melakukan Aktivitas Prostitusi di Kawasan Ini" berdiri kokoh di gerbang Padang Bulan, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, namun kawasan tersebut tetap menjadi arena transaksi yang menjual harga diri.

Kejadian ini terungkap pada Selasa, 26 November 2024, sekitar pukul 21.30 WIB, saat seorang wartawan mencoba menelusuri kawasan tersebut untuk mencari kebenaran. Ironisnya, di balik tulisan larangan itu, aktivitas gelap malah terus berjalan seolah tak ada hukum yang mengikat. Wartawan tersebut disambut dengan rayuan para wanita penjaja yang dengan lantang menawarkan diri. "Tidur, Mas? Sambil minum bir, Mas," begitulah godaan yang terdengar di antara deretan kamar-kamar sempit yang berdiri berjajar di lokasi.

Papan larangan yang dipasang di depan gerbang seakan hanya menjadi penghias jalan. Aktivitas ilegal di Padang Bulan tak pernah benar-benar berhenti. Seorang warga setempat, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan, "Plang itu cuma formalitas. Nyatanya, setiap malam tempat ini tetap ramai. Bahkan ada yang ngatur parkir dan narik tiket masuk."

Benar saja, setiap pengunjung yang hendak masuk dikenakan biaya parkir dan tiket masuk sebesar Rp10.000 per orang. Keberadaan pungutan tersebut menimbulkan tanda tanya besar. "Kalau ini ilegal, siapa yang narik uang? Siapa yang ngatur?" sambung warga tersebut dengan nada kesal.

Pemandangan serupa juga terlihat pada malam itu, dengan sejumlah wanita yang masih mengandalkan tempat tersebut sebagai mata pencaharian mereka
Kawasan Padang Bulan bukan sekadar tempat transaksi; di sini, rayuan dosa ditawarkan dengan terang-terangan. Para wanita duduk di teras rumah-rumah kecil, memandang para pengunjung dengan tatapan penuh ajakan. Beberapa bahkan berdiri di depan pintu sambil melontarkan godaan. "Masuk aja, Mas. Sambil ngopi atau minum bir juga bisa," begitu kalimat yang kerap terdengar, seolah ini adalah hal yang lumrah.

Keharusan membayar tiket masuk membuat masyarakat bertanya-tanya. "Kalau dibilang ilegal, kok kayak ada yang mengelola? Kan aneh kalau cuma dibiarkan begitu saja," ujar seorang tokoh masyarakat yang merasa kawasan ini telah mencoreng citra desa mereka. Ia pun mempertanyakan keseriusan aparat penegak hukum dalam menangani masalah ini.

Seolah menjadi rahasia umum, Padang Bulan tetap hidup meski aktivitas di dalamnya bertentangan dengan hukum. "Kita sudah lapor berkali-kali, tapi ya begitu-begitu saja. Tidak ada tindakan tegas dari aparat," ungkap warga lainnya yang juga meminta identitasnya dirahasiakan. Kekecewaan warga semakin memuncak melihat pembiaran yang terus berlangsung.

Masyarakat berharap pemerintah dan aparat dapat segera turun tangan untuk menertibkan kawasan Padang Bulan. "Kami tidak ingin desa ini terus dicap buruk hanya karena aktivitas di tempat itu. Harus ada tindakan nyata, bukan sekadar pasang plang," tegas salah seorang tokoh masyarakat.

Namun hingga kini, rayuan seperti "Tidur, Mas? Sambil minum bir, Mas," masih menggema di kawasan itu. Aktivitas ilegal yang disertai pungutan parkir dan tiket masuk tetap berlangsung seolah hukum hanyalah formalitas belaka. Padang Bulan masih menjadi arena gelap, menunggu keberanian aparat untuk benar-benar menegakkan keadilan. [*]

Posting Komentar

Posting Komentar