![]() |
| Lapas Kelas IIA Banyuwangi, ada cara berbeda untuk menyambut datangnya tahun baru 2025 sekaligus malam satu Rajab. |
Kegiatan ini menjadi momen refleksi bagi para warga binaan. Kepala Lapas Banyuwangi, Agus Wahono, menyampaikan bahwa khataman Alquran adalah bagian dari program pembinaan keagamaan yang terus digalakkan. “Ini bukan sekadar ritual, tetapi juga upaya untuk memperdalam keimanan dan menanamkan nilai-nilai spiritual,” ujarnya.
Menyelami Makna di Balik Ayat
Dimulai sejak pagi, khataman ini berlangsung hingga sore hari. Setiap warga binaan mengambil peran aktif, menghidupkan suasana masjid dengan lantunan ayat suci. Bagi mereka, ini bukan sekadar membaca, tetapi juga memahami makna setiap ayat yang menjadi bekal dalam perjalanan hidup ke depan.
“Semoga momentum ini menjadi awal baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” ungkap salah seorang warga binaan yang turut serta.
Selain pembacaan Alquran, doa bersama menjadi puncak acara. Harapan keselamatan, kedamaian, dan kebangkitan moral menjadi inti dari doa-doa yang dipanjatkan. Para warga binaan juga mendoakan agar mereka diberi kekuatan untuk menghadapi kehidupan di luar nanti dengan penuh tanggung jawab.
Agus Wahono menambahkan bahwa kegiatan ini adalah salah satu cara untuk menanamkan kesadaran spiritual sebagai pondasi perubahan. “Kami berharap warga binaan dapat meninggalkan masa lalu mereka dan kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik,” jelasnya.
Di tengah gemuruh perayaan tahun baru di luar sana, suara lirih para warga binaan yang melantunkan ayat-ayat suci ini mengingatkan bahwa kebahagiaan tak melulu tentang pesta. Ada kebahagiaan lain yang datang dari ketenangan hati, introspeksi, dan harapan akan hidup yang lebih bermakna.
Di Lapas Banyuwangi, malam satu Rajab dan tahun baru bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah perjalanan batin untuk kembali menemukan makna hidup.[iks]







Posting Komentar