![]() |
| Rumah tahan gempa tipe 36 milik Samsudin resmi diperkenalkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Banyuwangi |
Dengan anggaran Rp 40 juta, rumah ini bukan sekadar tempat berlindung, tetapi simbol perlindungan, harapan, dan kesiapan. PMI Banyuwangi menyadari, gempa bumi bukanlah pertanyaan “jika terjadi,” tetapi “kapan terjadi.” Maka, langkah konkret ini menjadi penting, lebih dari sekadar angka atau laporan proyek.
Nurhadi: Bangunan Kokoh, Masyarakat Tangguh
![]() |
| Ketua PMI Banyuwangi, Nurhadi |
Namun, langkah ini tentu tak berhenti pada peresmian semata. Sosialisasi kepada warga menjadi agenda utama. Warga Dusun Kabatmantren kini diajak memahami risiko gempa dan langkah mitigasi yang harus dilakukan. Karena rumah tahan gempa hanyalah permulaan, kesiapan mental dan pengetahuan masyarakat adalah kuncinya.
Dusun kecil ini kini menjadi simbol perubahan besar. Rumah tahan gempa Samsudin adalah sebuah pesan bahwa mitigasi bencana tak perlu menunggu skala besar atau dana fantastis. “Kami ingin ini menjadi inspirasi, bahwa setiap langkah kecil bisa menjadi dampak besar jika dilakukan bersama,” lanjut Nurhadi.
PMI juga mengingatkan semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta—untuk bersinergi. Dunia usaha diharapkan berkontribusi, sementara masyarakat diimbau memperkuat kesadaran bencana. “Kolaborasi adalah kunci. Ini bukan soal siapa yang memimpin, tetapi bagaimana kita melangkah bersama,” ujar Nurhadi tegas.
Di balik rumah ini, tersimpan filosofi bahwa keamanan adalah hak setiap individu. Dusun Kabatmantren kini menjadi bukti bahwa harapan bisa berdiri kokoh, bahkan di atas tanah yang rawan berguncang.
PMI Banyuwangi menunjukkan bahwa di tengah ancaman, ada solusi yang bisa dibangun bersama. Bukan hanya tentang struktur yang tahan guncangan, tetapi tentang membangun masyarakat yang lebih tangguh, siap menghadapi apa pun yang akan datang. Karena sesungguhnya, mitigasi bencana bukan hanya urusan pemerintah atau lembaga, melainkan tanggung jawab kita semua.[iks]






Posting Komentar