![]() |
pernyataan Azam Khan soal kejadian di UGM dan pertemuan dengan tiga doktor pakar,( 15/04) |
Dalam keterangan resminya, Azam mengungkap bahwa ketiga pakar, yakni Dr. Roy Suryo, Dr. Tifa, dan Dr. Sianipar, sempat mengalami berbagai kendala saat menuju kampus UGM. “Kami dihalangi di jalan, terlambat karena ada kecelakaan dan berbagai macam hambatan. Akhirnya saya tidak ikut karena ada urusan keluarga, tapi mereka bertiga tetap maju,” ujar Azam.
Yang mengejutkan, menurut laporan ketiga pakar tersebut, bukan klarifikasi transparan yang didapat, melainkan tekanan. “Mereka dikepung oleh 16 orang, termasuk dekan-dekan. Malah dipertontonkan ijazah teman-teman angkatan tahun 80-an dan 85-an. Pertanyaannya, kenapa bawa teman-teman angkatan? Kan yang dipersoalkan itu Jokowi dan ijazahnya, bukan kawan seangkatannya,” jelas Azam.
Menurutnya, langkah UGM justru memperkuat dugaan bahwa ada yang tidak beres dalam data akademik yang diklaim milik Jokowi. Dari 36 dokumen yang disebut-sebut sebagai bukti, ternyata hanya dua yang ditampilkan dan itu pun “tidak jelas secara legalitas akademik.”
“Tiga doktor UGM ini menyimpulkan, ijazah yang dimaksud diragukan keasliannya. Ini bukan asumsi, ini kesimpulan awal dari pakar-pakar yang punya kredibilitas,” tegas Azam.
Ia juga menyayangkan UGM sebagai kampus ternama justru terlihat panik menghadapi kritik publik. “Bukannya membuka ruang klarifikasi, malah memperlihatkan gestur ketertutupan. UGM yang besar ini justru dirusak kredibilitasnya oleh satu nama: Mulyono,” ungkapnya, menyebut salah satu figur kunci dalam polemik ini.
TPUA juga memastikan tetap melanjutkan agenda berikutnya, yaitu mengunjungi kediaman Presiden Jokowi di Solo pada 16 April 2025. “Kami datang bukan untuk bertemu pengacaranya. Ini soal pribadi Presiden, jadi harus dijawab langsung. Kalau tak ada yang ditutup-tutupi, kenapa harus berlindung di balik kuasa hukum?” tandas Azam. [***]
Posting Komentar