![]() |
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/4/2025). ANTARA/HO-KP2MI/aa. |
"Indonesia tidak memiliki kerja sama penempatan dengan ketiga negara tersebut," tegas Karding dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/4).
Pernyataan ini bukan tanpa sebab. Dua nama—Ihwan Sahab dari Bekasi dan Rizal Sampurna dari Banyuwangi—baru saja menambah daftar panjang warga negara yang kehilangan nyawa karena rayuan pekerjaan yang ternyata berujung pada perbudakan digital.
Bekerja dengan Borgol di Tangan
Rizal Sampurna, pemuda asal Banyuwangi, menjadi korban terbaru dari jaringan gelap tenaga kerja ilegal. Berangkat diam-diam melalui Malaysia dengan kapal pada Oktober 2024, Rizal sempat memberi kabar kepada keluarga. Namun, bukan kabar baik. Januari 2025, ia mengaku bekerja di Kamboja sebagai scammer. Ia bahkan mengirimkan foto—tangannya diborgol, wajahnya penuh tekanan.
Hingga 6 April, kabar duka datang: Rizal meninggal. Keluarga mendapat informasi dari seseorang bernama Ihwan, tanpa bukti, tanpa dokumen, hanya kata-kata yang tercecer di ujung sambungan telepon.
"Kementerian P2MI telah berkoordinasi dengan KBRI Phnom Penh terkait pemulangan jenazah Rizal Sampurna," ujar Menteri Karding.
Ihwan Sahab: Mati Tanpa Nama Perusahaan
Ironi tragis pun menyelimuti kisah Ihwan Sahab. Mengalami benturan kepala hingga pendarahan otak, Ihwan sempat dirawat di RS Kratie, Kamboja, dan dinyatakan meninggal dunia pada 14 April. Namun sampai saat ini, tidak ada informasi jelas di mana atau pada siapa ia bekerja. Negara tak bisa menuntut pertanggungjawaban dari pihak mana pun—karena dalam catatan resmi, Ihwan tidak pernah dikirim ke Kamboja.
"Kami berharap masyarakat bisa ikut membantu memberikan pemahaman. Terlalu banyak yang sudah menjadi korban," seru Karding.
Tawaran Palsu, Perdagangan Nyata
Di balik layar, ini bukan sekadar iming-iming kerja. Ini adalah pola klasik tindak pidana perdagangan orang (TPPO)—yang merampas hak, memeras tenaga, bahkan mencabut nyawa.
Sistem pelacakan SISKOP2MI tidak mencatat nama Rizal dan Ihwan, menandakan bahwa mereka berangkat tanpa jalur resmi, tanpa perlindungan hukum, tanpa pegangan apapun selain harapan kosong.
Negara Hadir, Tapi Masih Terbatas
Jenazah Ihwan akhirnya dimakamkan di Kamboja, difasilitasi penuh oleh KemenP2MI dan KBRI. Tapi luka di hati keluarga—dan luka bangsa—tak bisa dikubur begitu saja.
"Sudah cukup banyak korban. Kami tidak ingin ada lagi rakyat Indonesia yang dijadikan alat untuk menjalankan kejahatan digital lintas negara," tutup Menteri Karding.
Dan untuk masyarakat, satu pertanyaan besar kini menggantung: Apakah Anda benar-benar tahu ke mana anak-anak bangsa ini dikirim atas nama pekerjaan?
Sumber:
ANTARA News – “Menteri minta waspadai tawaran kerja ke Kamboja, Thailand, Myanmar”
Tanggal publikasi: 17 April 2025
Link: https://www.antaranews.com (disesuaikan sesuai URL resmi saat terbit)
Posting Komentar