no fucking license
Bookmark

Berpamitan dalam Euforia, Berpesta di Tengah Nestapa

PENULIS / R@FIQ : Acara Perpisahan Kepala Cabang Dinas di Hotel Berbintang 
GLOBE NASIONAL - OPINI -Layar kesadaran rakyat Banyuwangi siang itu kembali diuji. Di balik tawa, pelukan, dan hamparan meja prasmanan hotel berbintang di Licin, ada satu peristiwa yang layak kita beri standing applause: perpisahan jabatan kepala cabang dinas pendidikan.

Bukan di pendapa desa. Bukan di ruang guru sekolah. Tapi di hotel. Ya, hotel. Bertajuk “Pamit dalam Syukur, Melangkah dalam Doa”.
Doa yang dipanjatkan sambil menyendok puding flan dan menyeruput kopi luwak.

Sejurus kemudian kita bertanya lirih dalam hati:
Pamit atau pamer?
Syukur atau suguh?
Doa atau dandan?

Sebab rakyat yang biasa-biasa saja ini, yang anaknya tiap pagi masih menenteng sepatu bolong ke sekolah, mulai gelisah: apakah pejabat pendidikan sekarang sedang mengajar dengan teladan, atau sedang menutup buku kurikulum lalu membuka buku tamu hotel?

Lha wong katanya siswa dilarang bikin pesta kelulusan yang heboh. Kepala sekolah dilarang minta-minta sumbangan. Tapi kepala cabang malah ‘leyeh-leyeh’ di hotel sambil menerima untaian puisi perpisahan.

Apa ini bentuk pendidikan? Atau sekadar pertunjukan panggung yang lupa menurunkan tirai?

Belum lagi soal anggaran. Katanya swadaya. Tapi siapa yang berani tidak patungan kalau sang kepala cabang sudah menyebar undangan? Kepala sekolah, guru-guru, bahkan mungkin staf TU—tak ada yang berani ‘miring’ sedikit. Takut dinilai tak hormat. Takut tak diajak ‘ngopi’ di mutasi berikutnya.

Lalu, anak-anak didik kita—yang disuruh hidup sederhana, disuruh cinta tanah air, disuruh hafal Pancasila—disuguhi tontonan bahwa jabatan yang usai bukan ditutup dengan khidmat, tapi dengan kemewahan.

Ah, sudahlah. Kalau memang ini tradisi pamit, kami rakyat hanya bisa pamit juga dari harapan bahwa pendidikan hari ini masih punya hati.

Pamit, Pak. Selamat melangkah dalam doa.
Doa kami, agar kelak pemimpin pendidikan benar-benar mengerti: bahwa pelajaran paling utama bukan di hotel, tapi di hati rakyat yang mulai lelah melihat gaya hidup pejabat yang makin jauh dari teladan. [**]


Posting Komentar

Posting Komentar