Inisiatif ini bukan sekadar rutinitas administratif. Ia adalah semangat kolektif yang tumbuh dari kesadaran bahwa ekonomi desa tak bisa terus bergantung pada uluran dari luar. “Kami ingin rakyat punya wadah yang mereka miliki dan kelola sendiri,” ucap Kepala Desa Sempu, Nanang Santoso, di hadapan hadirin.
Nanang menjelaskan bahwa koperasi ini berbeda dari BUMDes. Jika BUMDes dikelola oleh pemerintah desa untuk mengelola aset, maka Koperasi Merah Putih adalah milik langsung masyarakat, dengan anggota yang berasal dari rakyat sendiri. Bahkan saat ini, katanya, sudah ada 7 gerai lokal yang siap menjadi mitra koperasi.
Turut hadir dalam musyawarah itu perwakilan dari Camat Sempu, Agus Nurwakhid, S.T., yang menyatakan dukungan penuh dari pihak kecamatan. "Kami akan terus mengawal proses legalitas dan operasionalnya. Ini bukan proyek instan, tapi gerakan bersama yang memerlukan kesabaran dan gotong royong," katanya dengan nada tegas namun penuh optimisme.
Di antara kursi-kursi itu, duduk juga tokoh BPD, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas—semua menyimak, mendengar, dan memberi ruang untuk suara rakyat. Tak ada protokol yang berjarak, semua mengalir sebagai bagian dari niat bersama membangun pondasi ekonomi desa yang lebih mandiri.
Musyawarah hari itu menandai awal, bukan akhir. Pelatihan pengelolaan koperasi, pendampingan hukum, hingga pemberdayaan anggota akan segera dimulai. Dan Sempu—desa kecil di kaki Banyuwangi—telah memilih jalannya: berdiri di atas kakinya sendiri, lewat koperasi yang lahir dari semangat merah putih.
(Laporan: Ikhsan Yati)
Posting Komentar