Dalam balutan udara sore yang tenang, hadir sejumlah wajah yang membawa harapan. Kepala Desa Gendoh, Didik Darmadi, S.E., menyambut satu per satu tokoh yang datang. Di antara mereka ada Ibu Endang dari Dinas Koperasi Banyuwangi, Agus Nurwakhid, S.T., perwakilan dari Camat Sempu, serta Purwadi, S.Pd., Ketua BPD. Babinsa dan Bhabinkamtibmas turut duduk menyimak, menjadi saksi semangat bersama yang hendak dibangun.
“Ini bukan hanya koperasi,” kata Didik dalam sambutannya, “tapi simbol bahwa warga Gendoh bisa mengelola masa depannya sendiri. Lewat Desa Merah Putih, kita ingin menciptakan ruang yang legal, inklusif, dan murni dari semangat kebersamaan.”
Ia tidak sedang berbicara tentang administrasi. Ia berbicara tentang harga diri, tentang desa yang berdiri di atas potensinya sendiri.
Dukungan pun mengalir dari perwakilan kecamatan. Agus Nurwakhid menegaskan bahwa koperasi ini harus dijalankan dengan transparansi dan profesionalisme. “Jangan hanya berhenti di pembentukan. Kami ingin ini jadi mesin pertumbuhan ekonomi warga yang nyata dan berkelanjutan,” katanya.
Antusiasme warga terasa jelas. Mereka tidak hanya hadir sebagai pendengar, tetapi sebagai calon pemilik masa depan koperasi ini. Musyawarah berjalan lancar, penuh semangat gotong royong—sebuah budaya yang sudah lama menjadi nafas desa-desa di Indonesia.
Setelah musyawarah, proses pembentukan struktur pengurus koperasi akan segera dimulai. Warga tak sekadar menanti, mereka siap ikut terlibat. Koperasi Desa Merah Putih adalah milik bersama, dan akan bergerak bersama—menuju cita-cita kemandirian ekonomi berbasis kekuatan lokal.
Di Gendoh, senja hari itu bukan penutup. Ia adalah pembuka dari lembaran baru, di mana desa tidak hanya menunggu bantuan, tetapi mulai menulis takdirnya sendiri.
(Laporan: Ikhsan/Yati)
Posting Komentar