![]() |
Opini : Jujur, Figuran pun Punya Harga Diri |
Jujur, kami rakyat kecil tak pernah mimpi anak kami jadi aktor utama. Tapi ketika undangan datang — katanya untuk figuran layar lebar — kami pun berdoa, semoga jadi awal yang baik, bukan awal luka.
Itu sebabnya ketika anak kami, perempuan, tiba-tiba mendapat pesan lewat Facebook bahwa ia "diterima" sebagai figuran film layar lebar pada 29 Mei 2025, kami ikut bahagia. Tapi senyum itu mulai goyah ketika pada Minggu, 1 Juni 2025, mendadak WhatsApp-nya berdering: "Subuh besok langsung ke lokasi syuting."
Tanpa rundown. Tanpa kontrak. Tanpa identitas rumah produksi. Tanpa surat tugas.
Kami bertanya, dijawab seadanya. Kami desak, dilempar ke nomor orang lain. Kami minta kepastian, malah dibalas: "Tidak jadi ikut, Pak."
Kami bukan selebritas. Kami cuma orang tua. Tapi kami punya hak untuk tahu ke mana anak kami pergi. Kami punya tanggung jawab moral untuk memastikan mereka aman — apalagi kalau harus datang subuh, ke lokasi yang bahkan tidak tertulis dalam undangan resmi.
Kata anak saya, lokasi syuting di Glenmore, sekitar area HGU Pabrik Gula Semboro, Banyuwangi. Diserahkan lewat shareloc WhatsApp. Itupun setelah kami kejar tanya. Nama PH? Tidak dijawab. Surat izin atau kontrak figuran? Tidak ada. Yang dijawab justru: “Maaf, ini untuk layar lebar, tidak bisa disebarkan.”
Jujur, ini bukan tentang film. Ini tentang kejujuran.
Saya sebagai orang tua, sekaligus jurnalis, akhirnya ikut bertanya lewat WA. Saya ingin tahu, bukan menyelidik. Saya ingin memastikan, bukan mencampuri. Tapi jawaban dari seseorang yang mengaku "Tim Film" malah membingungkan. Katanya: “Figuran bukan talent, jadi mohon maaf, tidak jadi ikut.”
Lho, bukankah figuran juga manusia?
Kalau memang ini produksi profesional, kenapa komunikasi begitu semrawut? Kalau ini kerja kreatif, kenapa tak ada kejelasan hukum dan administratif? Kalau ini benar layar lebar, kenapa prosesnya serasa seperti "ngumpet di balik layar"?
Saya bukan tak menghargai industri kreatif. Saya paham dunia film kadang tertutup demi estetika. Tapi tertutup bukan berarti tak menghormati orang tua yang menitipkan anaknya. Bukan berarti bebas dari etika.
Saya jadi bertanya: apakah ini potret umum dunia rekrutmen figuran hari ini? Direkrut diam-diam, ditinggal seenaknya? Apakah mereka yang tak tampil di layar tak berhak tahu apa-apa?
Jujur, anak kami memang bukan siapa-siapa. Tapi jangan perlakukan mereka seperti tak berharga.
Penulis : @rofiq [ jurnalis ]
Posting Komentar