no fucking license
Bookmark

Sumpah Palsu di Balik Panggung Kekuasaan: Azam Khan Bongkar Munafik Politik Lingkaran Presiden ke-7


Foto : Azam Khan, Kritik ini bukan sekedar letupan operasional, ini peringatan, kepada bangsa yang makin terbiasa hidup di bawah payung kepalsuan yang dilegalkan oleh sumpah palsu di meja pelantikan

Jakarta, Sabtu, 7 Juni 2025 — Di negeri yang katanya demokratis ini, sumpah jabatan diucapkan dengan tangan di atas kitab suci, tapi dijalani dengan hati di atas kepalsuan. Begitu kritik tajam yang kembali disuarakan oleh Azam Khan, Sekjen Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), dalam pernyataan terbarunya yang meledak seperti petir di siang bolong.

Paling tidak, hingga hari ini, kita masih bisa mendengar para politisi berucap "Demi Allah saya bersumpah..." dengan wajah seolah penuh khidmat. Tapi hanya sebatas itu—khidmat di bibir, busuk di niat. Sebab setelah sumpah selesai, yang hidup bukan amanah, melainkan tipu daya.

“Lidah mereka bersumpah, tapi hatinya menipu. Sumpah bukan lagi janji sakral, tapi sekadar formalitas. Sekadar teks hafalan di podium kekuasaan,” kata Azam.

Ia menyindir langsung Presiden ke-7 RI, yang menurutnya penuh dengan janji-janji indah yang tak pernah tumbuh menjadi kenyataan. Dari janji revolusi mental hingga pemberantasan korupsi, dari pendidikan gratis hingga lapangan kerja seluas samudera—semuanya hanya angin dari ruang pidato.

“Paling satu dua saja yang jalan, selebihnya hanya poster. Banyak media juga sudah menyoroti. Itu bukan gosip, itu bukti. Dan rakyat hafal semua,” ujarnya tajam.

Bahkan nama Kasmojo, yang disebut-sebut sebagai dosen pembimbing skripsi Presiden ke-7, kembali muncul dalam diskusi yang lebih panas. Tapi bukan soal skripsinya yang dibahas, melainkan soal lingkaran yang mengepungnya: sekumpulan penjilat, perusak bangsa, dan pengkhianat sumpah jabatan.

“Yang paling jahat justru orang-orang di sekelilingnya. Mereka ini kaum munafik, bersumpah atas nama rakyat tapi menipu semuanya. Mereka seperti makhluk suci di siang hari, dan iblis di ruang rapat malam hari,” tegas Azam.

Di atas ring kekuasaan, kata Azam, yang mereka perebutkan bukan lagi kepentingan rakyat, tapi kekuasaan itu sendiri. Dan rakyat? Hanya dijadikan bumbu pidato. Hanya latar panggung sandiwara lima tahunan.

“Jangan jadikan kekuasaan sebagai panggung kemunafikan. Jangan biarkan lidah bersumpah atas nama Tuhan, tapi menari-nari di atas dusta,” lanjutnya.

Azam pun mengingatkan firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 204–206 dan QS At-Taubah: 68, yang menyebut kaum munafik akan kekal di neraka Jahannam karena menyalahgunakan sumpah demi menipu manusia.

Kini, yang tersisa hanyalah tanya:
Mungkinkah negeri ini bisa diselamatkan oleh mereka yang membangun dirinya dari kepalsuan?
Mungkinkah ratusan juta rakyat bisa berdiri di atas fondasi kemunafikan?
Dan jika semua sumpah hanya jadi panggung,
Tidakkah sebaiknya tahun politik ini kita sepakati saja sebagai tahun kemunafikan nasional?

Redaksi : Media Globe Nasional 

Posting Komentar

Posting Komentar