![]() |
@rofiq |
Jujur, geli sekaligus getir rasanya melihat panggung politik negeri ini. Seolah-olah republik besar bernama Indonesia ini kekurangan kader, padahal dari Sabang sampai Merauke ada ribuan anak bangsa cerdas yang lahir bukan dari istana. Tapi mengapa yang naik ke panggung selalu wajah-wajah dari marga yang sama?
Jujur, aku ingin tertawa miris ketika rakyat diajari tentang meritokrasi, demokrasi, dan keadilan. Tapi yang dipertontonkan justru nepotisme, cawe-cawe, dan pengaturan konstitusi. Demokrasi terasa seperti boneka yang dimainkan di panggung, sementara sutradaranya hanya segelintir.
Jujur sejujur-jujurnya, rakyat kecil di pasar, sawah, dan kampung tidak pernah minta dinasti. Mereka hanya ingin harga sembako stabil, biaya sekolah terjangkau, rumah sakit ramah, dan lapangan kerja terbuka. Tapi yang mereka dapat justru silsilah kekuasaan yang diwariskan seperti harta pusaka.
Dan jujur, aku bertanya dalam hati: apakah republik ini benar-benar milik seluruh rakyat, atau perlahan-lahan berubah menjadi milik keluarga-keluarga yang berkuasa?
Posting Komentar