MEDIA GLOBE NASIONAL -Jakarta, Sabtu (4/10/2025) —Langit Jakarta siang itu tampak teduh, namun suasana di Jalan Kertanegara No. 4 justru terasa menegang. Sekitar pukul 13.00 WIB, iring-iringan kendaraan Kepresidenan berhenti di depan rumah bercat putih yang kini dikenal sebagai kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun, disambut hangat oleh tuan rumah. Dua jam lamanya mereka berbicara tertutup — tanpa satu pun pernyataan resmi kepada publik.
“Rakyat disuruh tebak-tebakan lagi — ini negara demokrasi atau drama strategi?” begitu salah satu komentar warganet di media sosial yang langsung ramai sore itu.
Dua jam tanpa pernyataan: Jokowi dan Prabowo bertemu di Kertanegara, Sabtu siang (4/10). Hingga kini belum ada keterangan resmi dari kedua pihak.
“Ini Bukan Silaturahmi, Tapi Titipan Kekuasaan”
Advokat nasional Azam Khan, yang dikenal sebagai pengamat tajam hubungan hukum-politik nasional, menilai pertemuan itu sarat pesan tersembunyi.
“Itu bukan silaturahmi, tapi sinyal kuat adanya titipan politik dan perlindungan kekuasaan,” tegas Azam, Ketua Umum (Ketum) Kontra'sm — lembaga yang bergerak di bidang perlindungan hukum dan pembelaan hak-hak rakyat — kepada Media Globe Nasional, Sabtu malam (4/10).
Menurut Sekjen Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) itu, Jokowi kini sedang mencari “jalur aman” di penghujung masa kekuasaan.
“Saya menduga pembicaraannya mencakup soal masa depan PSI, perlindungan untuk Gibran Rakabuming, dan isu ijazah palsu yang sedang ramai di publik.
Jokowi sudah kehilangan kendali atas orbit kekuasaannya. Sekarang yang ia cari hanyalah cara menyelamatkan sisa pengaruhnya,” ungkapnya.
Azam menilai lingkaran kekuasaan Jokowi kini menghadapi tekanan dari berbagai arah — mulai dari rakyat, tokoh agama, hingga kelompok hukum dan aktivis.
“Rakyat mulai bersuara, laporan hukum berdatangan, dan publik menuntut transparansi. Ini fase yang membuat Jokowi waspada, bahkan mungkin takut kehilangan kendali setelah kekuasaan berpindah ke tangan Prabowo,” kata Azam.
Ia menyebut, dua jam di Kertanegara itu adalah simbol dari pergeseran kekuasaan yang berlangsung senyap.
“Ini bukan politik ruang tamu, tapi politik perlindungan. Jokowi tak ingin semua dosa politiknya terbuka setelah ia turun,” ujar Azam dengan nada serius.
Di akhir pernyataannya, Azam Khan memberikan pesan keras untuk Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Prabowo harus berpihak pada konstitusi, bukan pada transaksi politik.
Jika beliau ingin menegakkan hukum, jangan takut meski yang terlibat adalah lingkar kekuasaan lama,” tutupnya.
Belum ada keterangan resmi baik dari pihak Istana Kepresidenan maupun kubu Prabowo Subianto terkait isi pembicaraan dua tokoh nasional tersebut. Publik kini menunggu: apakah pertemuan ini akan menjadi awal rekonsiliasi politik, atau justru babak baru dalam peta kekuasaan Republik.
🟧 Reporter: Redaksi Politik mediaglobenasional
🟦 Editor: Rofiq
📍 Lokasi: Jakarta Selatan
📸 Dok. Visual Desk / Arsip Kertanegara
Posting Komentar