Sebuah foto yang diambil langsung di area panggung utama memperlihatkan dua tokoh pemerintahan berdiri berdampingan dengan suasana sorot lampu panggung yang terang. Foto tersebut memperkuat bahwa pemerintah memberikan perhatian resmi terhadap jalannya aksi 212 tahun ini.
Di sisi lain, kehadiran Azam Khan, Ketua Umum Komisi Perlindungan Hukum & Pembelaan Hak-Hak Rakyat ( Kontra'sm)—yang tercatat sebagai undangan VIP private—menambah bobot moral dan politik dari acara tersebut. Azam Khan terlihat berada di area panggung dan berinteraksi dengan para tokoh nasional.
![]() |
| Azam Khan, Ketua Umum Komisi Perlindungan Hukum & Pembelaan Hak-Hak Rakyat ( Kontra'sm) |
Jumlah peserta yang hadir di Monas dilaporkan melampaui 5 juta orang, menjadikan kawasan pusat kota berubah menjadi lautan manusia. Sejak sore, arus massa tak berhenti bergelombang dari berbagai arah.
Mereka membawa bendera Palestina, spanduk moral, dan seruan “Revolusi Akhlak” sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan hukum di tanah air. Gelombang massa semakin padat menjelang malam, saat tokoh-tokoh utama mulai memasuki panggung.
Pesan Moral dan Politik Bertemu di MonasAksi 212 hari ini memadukan tiga isu besar:
Penegakan hukum yang berkeadilan Keselamatan, NKRI dari berbagai ancaman moral dan politik. Solidaritas total kepada Palestina
Kehadiran pejabat negara seperti Wakil Menteri Agama dan Gubernur DKI mempertegas bahwa momen ini tidak dapat diremehkan. Meski undangan resmi bersifat “private dan tidak boleh disebarkan,” dampaknya terasa luas dan menggetarkan ruang sosial-politik nasional.
Azam Khan, yang hadir langsung sebagai undangan VIP, memberikan pandangan tegas mengenai arti penting momen tersebut:
“Hari ini kita menyaksikan sendiri: rakyat berkumpul bukan untuk gaduh, tapi untuk memperbaiki bangsa. Lebih dari lima juta umat hadir. Ini suara yang tidak boleh diabaikan,” ujar Azam.
Ia menyoroti atmosfer kehadiran pejabat negara sebagai tanda bahwa pemerintah ikut mendengarkan:
“Ketika Wakil Menteri Agama dan Gubernur DKI hadir, itu artinya negara memperhatikan. Tapi lebih dari itu, negara harus berani memperbaiki hukum dan moralitasnya.”
Azam menegaskan bahwa panggilan hari ini bukan sekadar ritual tahunan:
“Revolusi akhlak itu wajib. Tanpa akhlak, hukum bisa dibeli, kekuasaan bisa diselewengkan. Hari ini rakyat bersuara untuk mengingatkan.”
Momentum Besar Menjelang Tahun Politik
Dengan massa besar, tokoh nasional, pejabat pemerintah, dan para ulama utama berkumpul di satu tempat, Reuni Akbar 212 tahun ini dinilai banyak pihak sebagai momentum krusial dalam dinamika politik Indonesia menjelang tahun-tahun penting berikutnya.
Foto-foto di lapangan memperlihatkan bagaimana panggung 212 menjadi arena moral, spiritual, dan politik yang menyatu dalam satu gelombang besar.






Posting Komentar