MEDIA GLOBE NASIONAL -Sebuah tweet yang diunggah oleh akun @Boediantar4 mendadak viral dan memicu perdebatan panas di media sosial. Tweet tersebut menampilkan gambar seorang perempuan yang diduga sebagai polisi wanita (polwan) berpakaian seperti tukang jamu tradisional, dengan narasi yang mengklaim bahwa polwan tersebut sedang menyamar untuk memantau aksi demonstrasi.
Tweet tersebut langsung disambut dengan beragam reaksi, dari rasa kecewa hingga kemarahan. Banyak pengguna media sosial yang merasa terkejut dan terkecewa dengan strategi penyamaran yang dilakukan oleh polisi. Mereka menilai bahwa penyamaran tersebut tidak etis dan merupakan bentuk pelanggaran terhadap kepercayaan publik.
"Mosok sih????", tulis @Boediantar4 dalam tweetnya, menunjukkan kekagetan dan ketidakpercayaan terhadap informasi yang diberikan. Tweet ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi platform bagi masyarakat untuk mengungkapkan kekecewaan dan keprihatinan mereka terhadap peristiwa yang terjadi di sekitar mereka.
Namun, di balik kehebohan tweet tersebut, terdapat sebuah pertanyaan yang menarik: Apakah media sosial hanya menjadi alat untuk menyebarkan informasi yang tidak terkonfirmasi, atau memang menjadi cerminan dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian?
Banyak pengguna media social yang mengungkapkan kecemasan dan ketidakpercayaan mereka terhadap lembaga kepolisian. Mereka merasa bahwa polisi sering kali tidak berpihak kepada rakyat dan lebih memihak kepada kekuasaan. Penyamaran yang dilakukan oleh polwan tersebut dianggap sebagai bukti bahwa polisi tidak jujur dan tidak terbuka dalam melaksanakan tugasnya.
"Institusi ini keren yah.... bisa cosplay ala2 preman, kang bakso, bok jamu, kang ojol, n semua jenis pekerjaan  Bahkan cosplay jd tuhan pun bs dilakoninya," tulis akun @ummuibnrizq dengan nada sinis. Komentar ini menunjukkan betapa besarnya kekecewaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian yang dianggap telah menyalahgunakan kekuasaan dan tidak lagi bersikap profesional.
Di tengah perdebatan yang panas tersebut, penting untuk mengingat bahwa informasi yang beredar di media sosial harus dikonfirmasi secara teliti. Jangan mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Namun, kehebohan tweet tentang polwan nyamar tukang jamu ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi platform bagi masyarakat untuk mengungkapkan kecemasan dan keprihatinan mereka terhadap peristiwa yang terjadi di sekitar mereka.
https://x.com/Boediantar4/status/1827851013967212606






Posting Komentar