no fucking license
Bookmark

Ketika Ilmu Tanpa Etika Menjadi Bencana

 

Opini: Negeri Dipimpin Orang Berilmu Tanpa Etika, Akhirnya Bencana - Perspektif Azam Khan di Hari Raya Idul Fitri 1 April 2025
GLOBE NASIONAL - JAKARTA, 1 April 2025 – Selamat Idul Fitri, selamat kembali ke fitrah, selamat membersihkan diri. Namun, pertanyaannya: sudahkah kita benar-benar kembali menjadi manusia? Ataukah kita masih setia dalam kubangan kerakusan, memperjuangkan kepentingan pribadi di atas penderitaan rakyat?

Kita hidup dalam negeri yang dipimpin oleh orang-orang cerdas, tetapi tanpa hati. Ilmu mereka melangit, namun etika mereka terinjak-injak di tanah. Dan ketika ilmu dipisahkan dari moral, yang tersisa hanyalah kehancuran yang tertata rapi atas nama kebijakan.

Ilmu Tanpa Etika: Mesin Perusak Negeri

Ilmu seharusnya menjadi penerang jalan, namun di tangan mereka yang rakus, ilmu berubah menjadi obor yang membakar. Kita menyaksikan kepemimpinan yang lebih sibuk menata kata daripada menata keadilan. Mereka beretorika dengan kata-kata manis, seolah peduli pada rakyat, padahal yang mereka jaga hanyalah singgasana mereka sendiri.

Apakah kita butuh pemimpin yang hanya mahir berbicara, tetapi tak mampu bertindak benar? Yang dengan lancar mengutip ayat suci dan prinsip hukum, tetapi langkahnya justru merusak tatanan sosial dan moral? Ini bukan sekadar kesalahan, ini adalah bencana yang sedang kita alami.

Kehancuran di Depan Mata

Rakyat semakin sulit, harga kebutuhan pokok melambung, keadilan semakin tumpul, dan hukum menjadi alat penindasan. Sementara itu, para pemimpin yang katanya bijaksana justru semakin gemuk dengan kuasa. Mereka bukan hanya menumpuk harta, tapi juga membangun dinasti untuk memastikan kekuasaan tetap berada dalam genggaman mereka.

Negeri ini tidak kekurangan orang pintar, tetapi kita kekurangan pemimpin yang berani berlaku jujur dan adil. Yang kita miliki hanyalah penguasa yang lihai memutarbalikkan fakta, menjadikan kebohongan sebagai bagian dari strategi politik, dan menjadikan rakyat sebagai pion dalam permainan kekuasaan.

Refleksi Idul Fitri: Kembali ke Kemanusiaan atau Tetap Hayawani?

Idul Fitri adalah momen kembali ke kesucian, kembali kepada fitrah. Tetapi, apa gunanya ritual jika hati tetap kotor? Jika kepemimpinan tetap dipenuhi dengan keserakahan? Jika kebijakan masih dipenuhi kepentingan pribadi dan kelompok?

Maka, saya bertanya kepada para pemimpin: sudahkah Anda menjalankan amanah dengan benar? Sudahkah kebijakan yang Anda buat benar-benar demi rakyat? Atau semua itu hanya ilusi demi memperpanjang kekuasaan?

Saatnya Bangkit: Menuntut Pemimpin Beretika!

Sebagai advokat dan aktivis, saya menyerukan kepada seluruh elemen bangsa: kita tidak bisa terus diam! Negeri ini butuh pemimpin yang tidak hanya berilmu, tetapi juga beretika. Kita butuh pemimpin yang tidak hanya cakap dalam teori, tetapi juga berani dalam praktik keadilan. Kita butuh pemimpin yang tidak menjadikan hukum sebagai topeng, tetapi sebagai alat kebenaran sejati.

Mari kita bangun negeri ini di atas ilmu yang bersih, etika yang teguh, dan kepemimpinan yang amanah. Karena tanpa itu, bencana yang kita hadapi hari ini hanya akan menjadi pembuka bagi kehancuran yang lebih besar di masa depan.

Selamat Idul Fitri 1446 H, semoga kita benar-benar kembali kepada kemanusiaan. [***]


PENASEHAT HUKUM MEDIA GLOBE NASIONAL

Posting Komentar

Posting Komentar