no fucking license
Bookmark

Meras Selamatan Jaranan JSKWK: Tradisi Leluhur yang Tetap Hidup di Desa Aliyan, Banyuwangi

Meras Selamatan Barong JSKWK (Jaranan Sarif Kembang Wongso Kenongo) pada Minggu, 17 November 2024.
GLOBE NASIONAL - Banyuwangi – Desa Aliyan di Kecamatan Rogojampi kembali menghidupkan tradisi jaranan melalui acara Meras Selamatan Barong JSKWK (Jaranan Sarif Kembang Wongso Kenongo) pada Minggu, 17 November 2024. Sejak pagi pukul 08.00 hingga sore pukul 17.00, semangat dan sorak sorai warga mengiringi prosesi yang telah berlangsung secara turun-temurun ini. Acara yang digelar di utara Masjid Baiturridwan, Dusun Timurejo, menarik perhatian ratusan warga setempat dan para tamu dari desa-desa sekitarnya, yang memenuhi lokasi untuk menyaksikan kesenian tradisional ini.

Dipimpin oleh Bu Wiwik Sukarti sebagai Ketua Acara, kegiatan ini menghadirkan suasana penuh kekhidmatan sekaligus kegembiraan. Penonton yang membludak turut merasakan semangat para pemain yang seakan tak kenal lelah meski dihadapkan pada teriknya matahari. Menurut para pawang, yakni Pak Dayat dan Pak Supri, para pemain jaranan tidak merasakan panas atau lelah karena telah "ketempelan" atau mendapatkan kekuatan dari makhluk halus, sebuah kepercayaan yang hidup dalam masyarakat jaranan. Ritual yang dilakukan sebelum penampilan dipercaya dapat melindungi pemain serta memberi mereka energi tambahan.

Acara dimulai dengan penampilan Barong, ikon utama dalam jaranan, yang memikat penonton dengan gerakan dinamis dan penuh makna simbolik. Barong diyakini sebagai sosok pelindung yang membawa keberuntungan dan menolak bala. Usai penampilan Barong, acara dilanjutkan dengan parade macan-macan macanan, replika harimau yang menggambarkan keberanian dan kekuatan. Suara gamelan yang menggema semakin menambah suasana magis di sekitar panggung, menghipnotis para penonton yang larut dalam suasana tradisi.

Pak Tohak, seorang tokoh jaranan ternama dari Banyuwangi, turut hadir memberikan dukungan

Pak Tohak, seorang tokoh jaranan ternama dari Banyuwangi, turut hadir memberikan dukungan dan menjadi saksi atas berlangsungnya acara ini. Beliau dikenal sebagai sosok yang selalu menjaga dan mempromosikan budaya jaranan Banyuwangi agar tetap eksis dan dikenal luas. "Tradisi jaranan ini adalah warisan leluhur yang harus kita jaga. Acara meras selamatan ini bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga bentuk penghormatan kita kepada alam dan leluhur," ungkap Pak Tohak dengan penuh semangat.

Acara berlangsung dengan lancar berkat dukungan penuh dari pihak keamanan. Koramil dan Polsek Rogojampi turut serta menjaga ketertiban, memastikan acara berjalan aman hingga selesai. Kehadiran mereka memberikan rasa aman bagi para penonton dan pemain, terutama mengingat besarnya antusiasme masyarakat yang datang dari berbagai daerah.

Meras selamatan ini merupakan bentuk rasa syukur warga Desa Aliyan atas berkah yang diberikan selama setahun terakhir. Dalam tradisi ini, masyarakat percaya bahwa dengan menggelar acara jaranan, mereka dapat menolak bala dan mendatangkan keberuntungan bagi desa. Tak heran jika setiap tahunnya, acara ini selalu dinantikan dan dihadiri banyak orang.

Menutup acara, Bu Wiwik Sukarti menyampaikan harapannya agar budaya jaranan di Desa Aliyan semakin berkembang dan bisa menjadi daya tarik budaya yang membawa manfaat bagi masyarakat. "Saya berharap, tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Banyuwangi ke generasi muda dan menjaga warisan leluhur agar tidak punah," ujar Bu Wiwik.

Semangat dan antusiasme yang terlihat pada acara ini mencerminkan betapa kuatnya ikatan budaya dalam masyarakat Banyuwangi. Tradisi meras selamatan yang digelar ini menjadi bukti bahwa di tengah modernisasi, warisan budaya leluhur tetap dijaga dan dihormati dengan baik. Para pemain jaranan, dengan semangat yang tak kunjung padam, menutup acara dengan atraksi "dadi" yang membuat penonton terpukau.

Melalui acara seperti ini, Desa Aliyan bukan hanya melestarikan budaya tradisional, tetapi juga memperkuat identitas lokal dan menjadi contoh bagaimana tradisi dapat tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman [*]

Posting Komentar

Posting Komentar