no fucking license
Bookmark

Usulan Pemerintah Berikan Izin Tambang ke Kampus, Azam Khan: Bencana untuk Moralitas Pendidikan

 

Azam Khan, Advokat, Ketua Umum Kontra'sm sekaligus Sekjen Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), angkat bicara di sela diskusi yang berlangsung di Jakarta,"Tambang itu alat perusak. Lingkungan hancur, masyarakat tersingkir, dan kini kampus justru ikut bermain? Di mana akal sehat rektor dan dekan-dekan kita?"
Universitas Digiring Kapitalisme Tambang, Moralitas Kampus di Ujung Tanduk

GLOBE NASIONAL - Jakarta - Tepat pada Minggu, 25 Januari 2025, Azam Khan, Advokat, Ketua Umum Kontra'sm sekaligus Sekjen Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), angkat bicara di sela diskusi yang berlangsung di Jakarta. Ia menyoroti rencana pemerintah yang tertuang dalam RUU Minerba, di mana perguruan tinggi diberikan peluang untuk mengelola tambang. Kebijakan yang disebut-sebut berorientasi pada pendidikan ini justru dinilai Azam sebagai pintu gerbang kapitalisme yang menyusup ke dalam dunia akademik.

Menurut Azam, langkah ini bukan hanya mencoreng nama baik universitas, tetapi juga berpotensi menghancurkan moralitas institusi pendidikan. "Tambang itu alat perusak. Lingkungan hancur, masyarakat tersingkir, dan kini kampus justru ikut bermain? Di mana akal sehat rektor dan dekan-dekan kita?" tegas Azam Khan dengan nada berang.

Dari Rumah Ilmu Menjadi Mesin Kapitalisme

Azam Khan tak segan menyebut kebijakan ini sebagai konspirasi terselubung yang mengorbankan integritas kampus demi uang. Ia bahkan mengkritik keras bagaimana universitas, yang seharusnya menjadi benteng ilmu pengetahuan, kini dipaksa tunduk pada logika bisnis.

"Tambang itu bukan cerita baru. Hutan dibabat, air kotor, masyarakat diusir dari tanah mereka sendiri. Ironisnya, kampus yang seharusnya kritis terhadap hal-hal seperti ini malah terlibat. Jadi, apa bedanya kampus dengan perusahaan tambang?" sindir Azam dengan tajam.

Dari keterangan yang dihimpun, universitas besar seperti ITB dan UGM disebut-sebut sebagai target utama dalam implementasi kebijakan ini. Menurut Azam, jika kedua institusi ternama ini ikut terlibat, maka nama besar mereka bisa runtuh seketika.

Barang Bukti: Kredibilitas yang Digadaikan

Azam memaparkan bahwa kerjasama antara kampus dan tambang bukan sekadar soal dana riset atau proyek pembangunan. Ini adalah soal moralitas akademik yang dijual murah. “Rektor-rektor itu harus sadar, nama baik universitas adalah barang bukti terbesar yang akan hilang. Kalau kampus ikut main tambang, tamatlah sudah kredibilitas dunia pendidikan kita,” ujar Azam.

Ia juga menyoroti dampak sosial yang dirasakan masyarakat sekitar tambang. "Tambang selalu menyisakan luka. Hasilnya mungkin menguntungkan segelintir pihak, tapi masyarakat kecil? Mereka hanya akan menjadi korban, sementara kampus malah bersekongkol dengan kapitalisme," tambahnya.

Pasal Kapitalisme: Kampus Tak Lagi Kritis

Bagi Azam Khan, universitas yang menerima konsesi tambang sama saja mengkhianati fungsi dasarnya sebagai rumah ilmu. Ia menyatakan bahwa pendidikan seharusnya melahirkan generasi kritis yang berani melawan ketidakadilan sosial, bukan mencetak individu yang tunduk pada kekuatan modal.

“Kampus itu bukan tempat untuk berbisnis. Kalau universitas sudah menempatkan materi di atas moral, mereka sedang menjerumuskan generasi muda ke jurang materialisme,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi ini berpotensi menghilangkan semangat independensi akademik. "Moralitas kampus tidak boleh dikorbankan hanya karena iming-iming uang tambang. Kalau ini terjadi, kita akan melihat universitas berubah menjadi pasar uang, bukan rumah peradaban," jelasnya.

Azam Khan menutup pernyataannya dengan pesan tegas kepada para pemimpin universitas di seluruh Indonesia. "Jika kampus-kampus kita tunduk pada tambang, itu artinya mereka sudah menyerahkan akal sehat dan moralitas ke jurang kapitalisme. Jangan sampai kita kehilangan dunia pendidikan yang bermartabat," pungkasnya.

Kini, wacana ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat luas. Apakah kita akan membiarkan kampus kehilangan jati dirinya demi memenuhi hasrat kapitalisme? Atau, kita berdiri bersama, mempertahankan integritas pendidikan agar tetap menjadi benteng kebenaran dan moralitas bangsa? Pilihan ada di tangan kita.

Posting Komentar

Posting Komentar