![]() |
| Pupuk Orea, yang menjadi andalannya untuk meningkatkan hasil panen, kini langka di pasaran, Banyuwangi. |
Banyuwangi, Media Globe Nasional – Langit mendung tak menyurutkan semangat PR, seorang petani di Desa Gendoh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menengok padi-padinya. Namun, kerut di dahinya tak bisa disembunyikan. Pupuk Orea, yang menjadi andalannya untuk meningkatkan hasil panen, kini langka di pasaran.
"Sudah dua bulan ini saya kesulitan mencari pupuk Orea," keluh PR kepada Globe, Rabu, 21 Februari 2024. "Keliling ke kios pupuk pun nihil, jawabannya selalu sama: stok kosong."
Kelangkaan pupuk Orea tak hanya melanda PR, tapi juga petani di seluruh Banyuwangi. Ibarat garam di laut, pupuk Orea bagaikan nyawa bagi tanaman padi. Tanpa pupuk ini, panen terancam merosot drastis.
"Pupuk Orea sangat penting untuk pertumbuhan padi. Kalau tidak ada, hasil panen bisa turun sampai 50 persen," kata PR, menuturkan kekhawatirannya.
Ironisnya, meski pupuk Orea mendapat subsidi dari pemerintah, bukan berarti semua petani bisa menikmatinya. Pupuk ini dijatah dan hanya bisa diperoleh melalui kelompok tani dengan pengambilan di kios-kios tertentu.
"Jatahnya pun sangat terbatas. Satu hektar sawah butuh lima kwintal pupuk Orea, tapi yang disubsidi hanya satu kwintal. Sisanya harus beli non-subsidi dengan harga selangit, mencapai Rp 400 ribu per kwintal," keluh PR.
Dilema ini kian mencekik petani. Di satu sisi, mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pupuk non-subsidi. Di sisi lain, tanpa pupuk yang memadai, panen terancam gagal, berimbas pada penghasilan dan kesejahteraan mereka.
"Kami berharap pemerintah turun tangan mengatasi kelangkaan pupuk Orea ini," pinta PR. "Alokasi pupuk subsidi harus ditambah dan distribusinya diperbaiki. Jangan sampai jerih payah kami selama ini sia-sia karena kekurangan pupuk."
Kelangkaan pupuk Orea di Banyuwangi menjadi alarm bagi pemerintah. Diperlukan langkah konkret dan terukur untuk memastikan ketersediaan pupuk bagi para petani. Distribusi yang lebih efektif dan efisien menjadi kunci untuk membantu petani mencapai hasil panen optimal dan menjaga ketahanan pangan nasional. (*)
"Pupuk Orea sangat penting untuk pertumbuhan padi. Kalau tidak ada, hasil panen bisa turun sampai 50 persen," kata PR, menuturkan kekhawatirannya.
Ironisnya, meski pupuk Orea mendapat subsidi dari pemerintah, bukan berarti semua petani bisa menikmatinya. Pupuk ini dijatah dan hanya bisa diperoleh melalui kelompok tani dengan pengambilan di kios-kios tertentu.
"Jatahnya pun sangat terbatas. Satu hektar sawah butuh lima kwintal pupuk Orea, tapi yang disubsidi hanya satu kwintal. Sisanya harus beli non-subsidi dengan harga selangit, mencapai Rp 400 ribu per kwintal," keluh PR.
Dilema ini kian mencekik petani. Di satu sisi, mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pupuk non-subsidi. Di sisi lain, tanpa pupuk yang memadai, panen terancam gagal, berimbas pada penghasilan dan kesejahteraan mereka.
"Kami berharap pemerintah turun tangan mengatasi kelangkaan pupuk Orea ini," pinta PR. "Alokasi pupuk subsidi harus ditambah dan distribusinya diperbaiki. Jangan sampai jerih payah kami selama ini sia-sia karena kekurangan pupuk."
Kelangkaan pupuk Orea di Banyuwangi menjadi alarm bagi pemerintah. Diperlukan langkah konkret dan terukur untuk memastikan ketersediaan pupuk bagi para petani. Distribusi yang lebih efektif dan efisien menjadi kunci untuk membantu petani mencapai hasil panen optimal dan menjaga ketahanan pangan nasional. (*)



.jpeg)

Posting Komentar